Wamena, nokenwene.com – Pemerintah Kabupaten Jayawijaya memastikan Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) akan kembali normal seperti sebelumnya. Hal ini berbeda dari penyelenggaraan FBLB tahun 2022 ini yang berbentuk mini Festival.
Jhon Richard Banua, Bupati Jayawijaya menyampaikan hal itu usai membuka kegiatan FBLB mini di Wosi Kabupaten Jayawijaya, senin (8/8/2022). Menurutnya, FBLB tahun 2022 ini mini, karena peserta yang berpartisipasi dan menyukseskan kegiatan tersebut terbatas.
“Karena kita lihat yang sekarang inikan, sepuluh kelompok wisata yang ada di Jayawijaya ini yang lakukan. Sampai kepanitian pun mereka yang lakukan. Kami pemerintah hanya membekap mereka”, ungkap Banua kepada awak media di Wamena.
Banua menegaskan, tahun 2023 nanti pemerintah akan tetap menyelenggarakan FBLB untuk menjadi Festival tahunan. Seperti sebelumnya FBLB melibatkan partisipasi seluruh masyarakat dari 40 distrik di Kabupaten Jayawijaya.
Soal tempat festival budaya tahun 2023 nanti, kata Bupati Jayawijaya, sekalipun Walesi sudah menjadi tempat permanen, namun pemerintah akan meninjau kembali.
Baca Juga: Tempat FBLB Akan Menjadi Desa Wisata
Sementara itu, ketua panitia mini festival budaya lembah Baliem, Beny Walela, menjelaskan mini festival itu diselenggarakan oleh sepuluh kelompok wisata yang ada di enam distrik di wilayah tersebut. Walela mengungkapkan bahwa mini Festival tersebut mendapat dukungan pemerintah Kabupaten Jayawijaya.
“Kegiatan ini , diselenggarakan oleh sepuluh kelompok wisata yang ada di distrik Pisugi, Wita Waya, Libarek , Kuruluh, Wosilimo dan Wadangku”, ujarnya
Atas dukungan pemda itu Beny, menyampaikan terimakasih banyak kepada Pemerintah Jayawijaya yang telah mendukung berjalannya kegiatan mini-FBLB tersebut.
FBLB Mendunia Namun Kurang Berdampak
Festival Budaya Lembah Baliem merupakan Festival budaya terbesar di wilayah Pegunungan Papua. Festival ini menghadirkan berbagai atraksi budaya dari masyarakat Jayawijaya yang berada di 40 distrik.
FBLB menjadi salah satu Festival tertua di tanah Papua. Meski FBLB menarik banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara, penyelenggaraan Festival sering mendapatkan kritikan.
Almarhum Niko Lokobal, budayawan di Pegunungan Papua pernah meminta agar FBLB tidak menampilkan atraksi Perang-Perangan. Menurutnya hal itu hanya merawat dendam antar suku.
Selain itu, penyelenggaraan FBLB belum membawa dampak signifikan bagi masyarakat setempat termasuk di tempat penyelenggaraan Festival.
Pewarta: Osi/ Jurnalis Warga Noken Wamena
Discussion about this post