Jumat, Oktober 17, 2025
NokenWene
No Result
View All Result
No Result
View All Result
NokenWene
No Result
View All Result
Home Headline

Jurnalis Warga Mesti Sensitif Gender

in Headline, Perempuan dan Anak

Pelatihan Gender, Kelompok Rentan dan Media di Dekai Yahukimo

Share on WAShare on FB

Dekai,nokenwene.com—Jurnalis Warga diharapkan untuk sensitif gender. Hal tersebut diungkapkan Ence Geong, Fasilitator Jurnalis Warga Sagu Yahukimo dalam pelatihan yang diadakan Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) tentang Gender, Kelompok Rentan dan Media di Dekai, Selasa (16/11/2021).

 

RelatedPosts

Pemkab Yahukimo Tinjau Lokasi Kebakaran Kios Warga di Dekai

DPRK Yahukimo Menindaklajuti Aspirasi Keadilan Untuk Tobias Silak

Geong menjelaskan bahwa persoalan gender seringkali tidak menjadi perhatian masyarakat dan media. Menurutnya wacana yang dominan di tengah masyarakat adalah wacana yang patriarki.

 

“Baik masyarakat maupun media seringkali kurang menyadari tentang persoalan gender. Bahkan, ketidakadilan gender di tengah  masyarakat tidak disadari sebagai masalah tetapi sebagai sesuatu yang biasa-biasa  saja,” jelas Geong.

 

Hal tersebut dibenarkan oleh para peserta ketika fasilitator mengajak peserta untuk berdiskusi  tentang konsep  gender dan  seks. Awalnya peserta melihat bahwa pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan merupakan sesuatu yang kodrati dan tidak bisa berubah.

 

“Dilihat dari  penjelasan tadi, Gender berarti sesuatu yang bisa berubah karena dipengaruhi oleh factor budaya, agama atau factor sosial  lainnya. Padahal selama  ini kita seringkali melihat bahwa pekerjaan seperti memasak adalah tugas perempuan yang tidak bisa diubah,” ungkap  Marthen Tehes menjawabi pertanyaan fasilitator.

 

Natan Sama pun mengungkapkan  bahwa selama  ini dirinya terbiasa melihat bahwa pekerjaan dalam rumah tangga adalah tugas yang  melekat pada perempuan. Dirinya  menambahkan bahwa penjelasan narasumber membuatnya sadar.

 

“Anggapan seperti itu membuat masalah ketidakadilan gender dalam bentuk beban  ganda seringkali tidak dipandang sebagai masalah. Penjelasan tadi menyadarkan saya bahwa perempuan menanggung beban besar dalam keluarga sementara laki-laki lebih banyak akses dan kontrol pada sumber daya dalam  keluarga,” jelas Sama.

 

Dirinya berharap agar  pelatihan seperti ini mesti sering dilakukan agar Jurnalis Warga bisa menyadari berbagai persoalan yang ada dan menuangkan dalam karya  jurnalistik.

 

“Perlu banyak pelatihan  seperti ini supaya JW sadar  akan persoalan seperti ini dan menghasilkan karya jurnalistik yang bisa menyadarkan banyak orang,”tambah Sama.

 

Sementara  itu, Nelis Elopore menambahkan bahwa saat  ini banyak pekerjaan yang dulunya menjadi tugas laki-laki tetapi terpaksa dikerjakan oleh perempuan. Namun pekerjaa perempuan enggan disentuh oleh laki-laki.

 

“Dulu pekerjaan laki-laki adalah membuka kebun, membuat  pakar hingga kebun siap ditanami. Tetapi sekarang pekerjaan seperti itu dilakukan  oleh  perempuan  juga karena banyak laki-laki yang jalan ke kota,” keluh Elopore.

 

Dalam kesempatan yang  sama,  Geong menegaskan bahwa perlu adanya gerakan bersama untuk menyadarkan semua orang tentang persoalan ketidakadilan gender. Media, menurut Geong, adalah salah satu cara bagi kelompok jurnalis warga Sagu untuk menyadarkan masyarakat umum tentang keadilan gender.

 

“Jurnalis Warga mesti menggali masalah termasuk dari perspektif gender. Jangan hanya menulis sesuatu yang kelihatan saja.  Cobalah menggunakan perpektif gender dalam merencanakan  dan membuat liputan lalu menulis laporan jurnalistik dengan sudut  pandang dari perspektif gender,” jelas Geong.

 

Geong menambahkan bahwa dalam banyak isu, sudut pandang gender bisa digunakan untuk memperdalam suatu karya jurnalistik.

 

“Cobalah menulis dengan sudut pandang dari perspektif gender. Pasti akan membuat karya jurnalistik itu lebih mendalam dan menarik. Misalkan ketika kita menemukan ada puskesmas yang berbulan-bulan tidak aktif, kita bisa bertolak dari pertanyaan sederhana bagaimana proses melahirkan yang dialami ibu-ibu tanpa adanya petugas?”

 

Menurutnya, pertanyaan seperti itu bisa membantu seorang jurnalis warga menggali kisah-kisah kelompok rentan dan menghasilkan laporan jurnalistik yang lebih  hidup  dan  menggugah pengambil kebijakan untuk membenahi  pelayanan yang ada.

 

Pewarta Arni Kepno

 

 

Tags: GenderJurnalis Warga Sagu
SendShareTweet

Nokenwene.com merupakan media publikasi bagi Jurnalisme Warga Noken yang digagas para sahabat jurnalis dan aktivis di Wamena, Papua

© 2017-2022 Nokenwene.com. All rights reserved.

No Result
View All Result
  • Contact
  • Depan
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Nokenwene.com – Jurnalisme Warga Noken
  • Tentang Kami

© 2022 Nokenwene