Wamena,nokenwene.com – Lois Bromley, anak perempuan bungsu dari Dr. Miron Bromley berkunjung ke jejak kaki ayahnya di Kampung Minimo. Kunjungan Lois Bromley sebagai tanda penghormatan kepada orang tuanya yang telah medaratkan Injil pertama di Lembah Baliem Jayawijaya, tepatnya di muara suangai Mini Kampung Minimo 69 tahun silam (20 april 1954).
Dr. Miron Bromley adalah salah satu dari rombongan misionaris yang mendarat di sungai balim, tepatnya di tepi muara kali Mini Kampung Minimo pada 20 april 1945. Tanggal tersebut kemudian dijadikan sebagai hari bersejarah bagi umat kristiani di Kabupaten Jayawijaya dan Wilayah Pegunungan Tengah, lalu diperingatinya sebagai HUT pekabaran Injil.
Lois Bromley yang adalah anak bungsu dari 3 bersaudara itu, berkunjung ke Minimo Distrik Maima, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, pada Kamis (13/4/2023). Kunjungan Lois Bromley ke Minimo mengikuti jejak orang tuanya tapi juga merupakan pengakuan bahwa Minimo adalah tempat sejarah pendaratan injil pertama di Papua Pegunungan.
Lois Bromley melakukan perjalanan dari Amerika ke Papua guna melihat tempat orang tuanya merintis. Dan kunjunga Lois juga dilakukan saat menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) ke 69 Pekabaran Injil (PI) di Lembah Baliem Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan (Laapago).
Dr. Miron Bromley sendiri dikenal sebagai perintis wilayah Pegunungan (Laapago) yang kini telah menjadi Provinsi Papua Pegunungan. Melalui misi penginjilannya, Dr. Miron Bromley pertama kalinya menggunakan pesawat Amfibi mendarat di muara kali Mini kampung Minimo pada 20 April 1954.
Theo Hesegem, Tokoh Jayawijaya yang juga mendampingi perjalanan dalam kunjungan Lois Bromley ke Kampung Minimo itu, membenarkan bahwa Lois melakukan perjalanan dari Tangma Kabupaten Yahukimo menuju Wamena Kabupaten Jayawijaya dan lanjutkan perjalanannya menuju ke Minimo Distrik Maima, pada Kamis (13/4/2023).
“Kunjungan itu di lakukan setelah ia pulang dari Tangma Kabupaten Yahukimo. Ia [Lois Bromley] langsung mengunjungi Kampung Minimo, sekalipun dalam perjalanan telah menghabiskan waktu dua jam. Tetapi Ia tidak merasa cape masih ingin berkunjung ke Minimo sebagai tempat dimana bapaknya Tuan. Dr. Miron Bromley injak pertam dalam misi pekabaran injil di Papua Pegunungan, Kabupaten Jayawijaya,” Terang Hesegem.
Kunjungan yang dilakukan pada 13 April 2023 ke Kampung Minimo, menurut Theo Hesegem, Lois terlihat sangat senang dan mengaku rindu untuk melihat kampung Minimo, sebagai tempat dimana orang tuanya pernah mendarat mengunakan pesawat Amfibi pada tanggal 20 April 1954.
Kunjungan Lois Bromley ke kampung Minimo, di dampingi Theo Hesegem, Pdt. Yosep Yelemaken, Yulianus Aspalek dan Yery Hisage (Anak Lopipi Hisage, yang menemui dan menerima Dr. Miron Bromley, pada 20 April 1954).
Kurang lebih, pukul 15:00 WP, Lois Bromley, mulai melakukan perjalanan menuju kampung Minimo, melewati dua Distrik dari Distrik Wamena Kota, yaitu Distrik Wouma dan Distrik Assolokobal Kabupaten Jayawijaya. Lois Bromley hanya rindu melihat, tempat orang tuanya bersandar dengan pesawat Amfibi di kampung Minimo.
Setibahnya di Kampung Minimo tepatnya di muara kali Mini, Lois Bromley bertemu dengan sejumlah warga yang saat itu berada di Minimo. Karena kunjunga yang di lakukan oleh Lois Bromley itu tidak di ketahui oleh semua warga setempat maka anak printis ini hanya bisa ketemu sebagian warga yang ada saat itu.
Meski begitu, Lois Bromley terlihat sangat gembira ketika ia bertemu dan bersalaman (jabat tangan) dengan senyuman sebagai ungkapan rasa kebahagian bersama swjumlah orang di Kampung Minimo sebagai penjaga dusun tempat sejara Pekabaran Injil (PI).
“Ketika saya sampaikan untuk berkunjung ke Minimo, ia sangat terharu dan senang karena ingin melihat jejak Bapaknya [Lois Bromley],” Kata Theo Hesegem.
Selanjutnya, setelah berjabat tangan bersama warga Minimo, Lois Bromley langsung mengambil posisi untuk foto bersama dengan masyarakat Minimo di tempat dimana Pesawat Amfibi diikat setelah mendarat di muara kali Mini pada tanggal 20 April 1954.
Percakapan Lois Bromley dan Yerry Hisage
Setibanya mereka, Yerry Hisage anak dari (Lopipi Hisage) pelaku sejara atau yang menemui dan menerima Dr. Miron Bromley bersma rombongan Misionaris ketika tiba di muara kali Mini, ia menceritakan titik – titik dimana Dr. Bromley dan rombongannya beraktifitas di sekitar muara kali Mini.
Kepada Lois Bromley, Yery Hisage sambil menunjukan kayu kasuari yang sempat ikat tali pesawat agar tidak hanyut terbawa arus sungai baliem itu bahwa, kayu yang pernah ikat pesawat telah roboh dan jatuh ketika Bapak Bromley meninggal dunia.
Ketika mendengar cerita itu, Lois terlihat merasa sedih dan secara spontan, Lois sampaikan Tuhan Yesus itu baik dan luar biasa untuk kita.
“Saya senang karena kamu semua jadi anak-anak Tuhan,” Begitu kata Lois Bromley setelah mendengar singkat cerita jejak – jejak orang tuanya dari Yery Hisage.
Yerry Hisage juga menyampaikan kepada Lois Bromley bahwa, kami Umat Tuhan yang ada di Minimo, Distrik Maima, Kabupaten Jayawijaya secara khusus dan wilaya Papu Pegunungan secara umum, menyampaikan terima kasih atas perjuangan Bapak Bromley.
“Kami telah di jadikan sebagai anak-anak terang, kalau Bapak Bromley tidak datang di tempat ini [Minimo] ? Kami pasti berada dalam kegelapan, tetapi berjuangan bapak Bromley kami menjadi anak-anak terang. Kami berharap Lois tidak melupakan kami di Papua,” Ungkap Yerry Hisage.
Ucapan terimakasih kepada Lois Bromley oleh Yerry Hisage sebagai tanda penghormatan kepada orang tuannya (Miron Bromley) atas jasanya bagi orang Papua Pegunungan itu, ditanggapi langsung oleh Lois Bromley.
“Saya akan terus mendoakan untuk kalian, orang tua saya hanya sebagai alat yang di pake oleh Tuhan Allah, untuk melayani lembah ini, supaya menjadi anak-anak Tuhan, saya akan terus berdoa untuk kalian semuanya, sekalipun saya berada di Amerika. Firman Tuhan itu penting dan untuk kita semua,” Kata Lois.
Dalam percakapan itu, Lois Bromley terlihat dan terdengar lebih lancar dan memahami bahasa daerah Wamena dari pada bahasa Indonesia.
“Allah Ane ati Esin motok iluk nala akigi lagi hit Allah nen at hanorogo hakhisek motok loguwak. ( Saya berpikir Firman Tuhan Itu Kuat, saya berharap Tuhan Allah jaga kalian di sini )” Ucap Lois Bromley dalam bahasa Baliem
Setelah melihat dan foto bersama dipinggir muara kali Mini, Kampung Minimo, Lois bersama Theo Hesegem, Pdt. Yosep Yelemaken, Yulianus Aspalek, Yerry Hisage dan masyarakat kampung Minimo yang ikut bersama saat itu, langsung menuju ke arah baggunan gereja untuk milihat bangunan Gereja Oikumene yang telah di banguan oleh warga setempat.
Dan tempat yang telah di banguan Gereja Oikumene itu, merupakan tempat di mana Tuan. Dr. Miron Bromley bersama rombongan membangun tenda pada tahun 1954.
Ketika berdiri di halaman gereja Oikumene, Lois Bromley, menceritakan singkat tentang lamanya Dr. Miron Bromley dan rombongan tinggal di Minimo setalah mendarat pada tanggal 20 April 1954 sesuai apa yang di sampaikan orang tuanya. Ia menyebutkan bahwa selama 10 bulan tinggal di Minimo dan kemudian Dr. Miron Bromley bersama rombongan mulai melakukan survei di beberapa tempat di Lembah Baliem.
Setelah satu berada di Kampung Minimo Lois dan rombongan tinggalkan tempat dan melanjutkan perjalanan menuju kembali ke kota Wamena Kabupaten Jayawijaya. Selanjutnya, pada tanggal 14 April 2023, Lois melanjutkan perjalanan menuju ke Jayapura, dan pada tanggal 15 April 2023, melanjutkan perjalanan menuju Amerika Serikat.
Sejarah Pendaratan dan Penyebaran Mesti Dibedakan
Seleumnya, Wakil Bupati Jayawijaya Marthin Yogobi mengatakan, sejarah pendaratan injil pertama di Kabupaten Jayawijaya dan sejarah penyebaran injil adalah dua moment yang berbeda pengertiannya. Sejarah pendaratan pertama adalah Minimo (Kampung Minimo Distrik Maima) sedangkan Hitigima (Distrik Asotipo) adalah tempat pertama Injil disebarkan di Jayawijaya.
“ini dua moment, dua pengertian, dua kejadian yang beda, jadi saya selalu bialng itu, karna apa? Karena hari ini dibeberapa tempat kita rayakan satu peristiwa yang sesungguhnya itu harus dirayakan secara bersama oleh seluruh gereja” Ungkap Wakil Bupati Jayawijaya.
Dalam pikiran dan konsep saya, kata Yogobi, Minimo adalah tempat injil mendarat di Lembah Baliem. Untuk itu, pertama injil mendarat di Minimo dulu, nanti penyebaran itu dimulai dari Hitigima hingga menyebar di seluruh lembah baliem ini sampai ke seluruh laapago.
“butuh satu pemahaman yang utuh yang perlu dibangun oleh kita semua, denomenasi gereja tentang hari ini [20 April setiap tahun]” kata Marthin Yogo dalam perayaan HUT PI tahun lalu.
Wakil Bupati juga menyampaikan terimakasih kepada warga Kampung Minimo yang setiap tahun senantiasa memperingati HUT pekabaran Injil, karena dengan begitu bisa mengingatkan pemerintah dan umat Tuhan lainnya tentang hari bersejarah bagi masyarakat Wamena.
“Adakalanya banyak dari antara kita lupa dengan tanggal 20 april, tapi dengan peristiwa seperti begini, ada yang mempertahankan, tahu bahwa tanggal 20 April itu hari bersejarah”katanya.
Lebih jauh, Yogobi menegaskan, perlu diingat bahwa sejarah tidak perna berbohong sehingga ia mengingatkan sejarah gereja, sejarah Yesus Kristus tidak boleh di bohong.
“Dan sejarah masuknya injil di Lembah Baliem yang di mulai dari Minimo sampai ke Hitigima, itu satu sejarah, satu moment yang kita harus pegang, selalu peringati. Orang Baliem harus peringati itu, dari gereja manapun,” Ungkapnya.(*)
Pewarta: Onoy Lokobal/Jurnalis Warga Noken*