Wamena, noekenwene.com – Dengan penampilan yang sederhana, polos, dan rileks, sambil sesekali bernada sedih, ada juga sisipan humor yang mengundang tawa. Tapi singkat, tegas dan padat. Begitu, cara mama Marta menyampaikan isi hatinya kepada pemda Jayawijaya.
Seperti wanita-wanita lainnya di Wamena, saat itu mama Marta menggantung sebuah noken yang menjulur ke pinggul belakang, bulu ayam berwarna coklat melingkar di kepala dan sebagian badannya di hias. Adalah tradisi masyarakat Baliem Wamena untuk upacara tertentu. Hari itu memang ada event di Distrik yang menghadirkan pemda Kabupaten Jayawijaya.
Rupanya, noken yang dibawa Mama pemilik nama Marta Wamu itu, suda mengisi secarik kertas yang bertuliskan pesan aspirasi yang hendak Ia sampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Jayawijaya
“…. sambutan pertama akan disampaikan oleh mama Marta Wamu, suara perempuan mewakili aspirasi masyarakat Minimo” begitu, kata protokoler acara itu mempersilahkan mama Marta ke panggung.
Dengan sigap, mama Marta pun segerah berdiri dari antara mama-mama lainnya. Ia lalu menuju podium. Raut wajahnya lugu dan polos, tapi tegas dalam menyampaikan pesan yang menjadi aspirasi warga Minimo.
“wa…wa… wa…” Mama marta menyapa pejabat pemda dan warga lainnya dengan sapaan akrap masyarakat lokal.
Di bawa tenda tamu, ada Wakil Bupati Jayawijaya, Marthin Yogobi, Wakil ketua DPR, Reionold Bukorsyom, Kabag Humas dan beberapa pejabat Pemda dan Distrik setempat. Merke menghadiri undangan masyarakat untuk HUT Pekabaran Injil ke 67 di Kabupaten Jayawijaya, 20 April 2021 yang digelar di kampung Minimo Distrik Maima.
Ratusan warga duduk di rerumputan, memadati halaman yang berukuran kurang lebih 2 kali lapangan bolla volly tersebut.
Di atas panggung, Mama Marta mulai mencurahakan isi hatinya. “saya sebenarnya suda tidak berdaya, suda ngos-ngosan, napas mulai tidak kuat untuk berdiri di sini” ungkap Marta Wamu, mengawali aspirasinya itu.
“tapi saya di kasih kesempatan oleh anak-anak jadi naik ke panggung ini” katanya lagi, sambil salah satuh tangannya memasukan ke dalam noken lalu ambil setengah lembar kertas yang ia isi sebelumya.
Mama Marta, lalu mulai menyampaikan aspirasi. Katanya, Minimo adalah tempat sejarah pekabaran Injil di Jayawijaya, tempat kontak pertama antara masyarakat Baliem Jayawijaya dan dunia luar. Di sinilah tercatat tempat sejarah peradaban masyarakat Wamena.
“tapi kenapa akses jalan di kampung ini tidak perna terhubung dengan kota dan dengan kantor distrik? Dari kecil saya jalan kaki pulang pergi kota (Wamena), sekarang saya suda tua, napas saya suda tidak kuat, jalan sedikit ngos-ngosan” bebernya dengan nada sedih, tapi sesekali bernada humor. Semua penyamaiannya pake bahasa daerah Wamena.
Mama Marta, mulai membuka sepenggal kertas yang ia ambil dari dalam noken lalu membacakannya, dengan mengejah satu persatu, kata yang ia tulis. Isinya singkat dan lugas.

“Mohon Kepada Pemerintah Kabupaten Jayawijaya untuk (bikin) jalan dari Distrik Maima , Minimo Wamena” Mama Martha bcakan aspirasinya seperti terbata-bata tapi tetap tegas. Hanya saat membacakan aspirasi itu Ia pake bahasa Indonesia, selebinya bahasa derah.
Rupanya, cerita soal ngos-ngosan yang ia sampaikan diawal bermaksud agar pemerintah segerah buat jalan yang menghubungkan ke kota agar kendaraan bisa akses hingga ke kampung Minimo itu.
Sesingkat itu pesan yang Ia tulis disetengah lembar kertas yang di isi di dalam noken tadi. Mama marta pun mengakhiri kesempatannya untuk berbicara di panggung. Ia lalu bergegas turun dari panggung.
Saya dan sebagian warga yang menghadiri acara itu, baru kali itu mengetahuinya kalo mama Marta Wamu bisa membaca dan tulis. Karena orang seusianya di wilayah itu, rata-rata tidak bisa membaca karena tidak perna sekolah.
“hebat mama ini dia bisa baca ya, jarng-jarng mama macam dia bisa baca tulis di dini” bisik, beberapa warga di sekitar saya yang mendengarkan mama marta baca aspirasinya dari atas panggung.
Merespon aspirasi Mama Marta Wamu, Marthin Yogobi, Wakil Bupati Jayawijaya, mengatakan Ia tidak bisa menjawab aspirasi tersebut tapi akan di catatnya.
“saya tidak akan menjawab sekarang, itu nanti, karena itu suda berulang-ulang disampaikan terus. Jadi kalau saya jawab juga, jawab terus nanti bosan, jadi saya simpan. Terimakasih suda mengingatkan itu muda-mudahan, tapi secara garis besar, bahwa sistem pemerintahan ini dari tahun ke tahun selalu berubah” Ujar Wakil Bupati.
Pewarta: Jurnalis Warga Noken
Discussion about this post