Wamena, nokenwene.com – Pdt. Nerry Payage, aktivis sosial dan pemerhati anak jalanan yang berkecimpung di dunia anak terlantar atau “anak jalanan” di kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya menceritakan kisahnya selama puluhan tahun di jalanan.
Dia mengatakan, selama 28 tahun ia bersama anak – anak terlantar di jalanan, tak pernah satupun fasilitas yang dibangun oleh Pemerintah, baik pemerintah Kabupaten maupun Provinsi. “Tetapi jujur saja sampai hari ini 28 tahun saya dengan anak – anak tidak ada fasilitas yang dibangun oleh pemerintah” katanya.
Nerry Payage, ketua Rumah Singgah Generasi Anak Panah (GAP) Wamena mengatakan, selain tak pernah bangun fasilitas, pemerintah juga seolah menjadikan anak jalanan sebagai obyek saja untuk program tertentu, padahal anak-anak di jalanan sedang kena dampak langsung dengan pergaulan buruk.
“Pemerintah mesti harus lihat karena yang jadi dampak kena langsung itu adik – adik kita generasi bangsa Papua di jalan” ucapnya sembari menyebutkan ia berkecimpung di dunia anak jalanan sejak tahun 1997.
Nerry Juga bilang, penanganan anak-anak di jalan juga merupakan tugas gereja dan juga pemerintah namun para pihak tersebut kerap saling lempar tanggung jawab dengan alasan anak-anak bukan dari Jayawijaya tapi dari kabupaten lain.
“Selama ini kadang-kadang selalu salahkan ah itukan kabupaten yang satu dan yang lain dari sisi gereja juga kadang – kadang kita memberikan stigma bahwa ini organisasi satu saja, padahal inikan umat yang kita layani” Ucap Nerry Payage, yang juga Sekretaris PGGJ Jayawijaya.
Oleh karena itu, Ia berharap agar pemerintah dan semua pihak di Jayawijaya maupun Provinsi Papua Pegunungan memberikan perhatian serius kepada generasi muda yang terlantar di jalanan di Kota Wamena
“ Saya sebagai pemerhati sosial sangat berharap untuk kita menolong anak – anak ini, pemerintah tolong siapkan tempat” Harapnya.
Wacana Pemindahan Anak Jalanan di Jogja dan Semarang
Sementara itu, perihal rencana pemindahan anak jalanan di Wamena ke Jogja dan Semarang, Nery Payage selaku pemerhati anak jalanan sangat tidak setuju dengan wacana tersebut. Alasannya tidak ada yang bisa control anak-anak tersebut.
“Siapa yang bertanggung jawab kalo apa – apa terjadi, kami tidak mau kasus yang terjadi beberapa tahun lalu sempat pemerintah kirim 50 anak ke Biak tapi sampai sana anak – anak tidak terkontrol” bebernya.
Nerry juga menyebutkan, hasil perbincangannya dengan anak-anak terkait wacana tersebut, anak-anak tidak setuju untuk dipindahkan ke Jogja dan Semarang tapi lebih memilih tetap berada di Wamena dengan fasilitas yang lebih memadai.
“Mereka (anak-anak) bilang kami tidak mau, kami tetap di Wamena dengan orang tua jadi saya berharap pemerintah tolong siapkan tempat, karena ini anak-anak bangsa, anak – anak kita” harap Nerry Payage (*).
Pewarta: Jurnalis Warga Noken Wamena*