Karubaga, nokenwene.com – Tokoh Agama dari Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Kabupaten Tolikara bersama pemerintah Distrik dan Kampung memediasi konflik horisontal antara suku di wilayah itu. Kesepakatan perdamian dilakukan dengan simbolis patah panah yang dipimpin Pdt. Nayus Wenda di dampingi Nius Weya perwakilan pemerintah daerah.
Sebelumnya warga Kampung Gwendo Distrik Gundagi dan warga kampung Jiyogobak Distrik Mamit Kabupaten Tolikara Papua bertikai diduga akibat perzinahan , meski dugaan itu sejak tahun 2019 silam, akan tetapi dendaman berlanjut dan aksi saling serang tak terhindarkan. Akibatnya 3 orang korban tewas, puluhan luka berat dan ringan, beberapa rumah warga dibakar dan harta benda hilang dijarah.
Konflik tersebut akhirnya didamaikan pada jumat (09/04/2021) atas mediasi tokoh agama dan pemerintah dihadapan warga dari kedua bela pihak yang bertikai.
“budaya perang suku ini sudah ditinggalkan orang tua kita dulu setelah terima ajaran Nasrani, apalagi ajaran nasrani larang untuk perang karena perang saudara ini pekerjaan setan”. Ujar Pendeta Nayus Wenda, inisiator perdamaian.
Pendeta Nayus Wenda, mengajak warga dari kedua kampung itu untuk berdamai di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus sang pendamai dan Juruselamat Umat Manusia. MenurutNya kita sudah diselamatkan dan didamaikan oleh darah Yesus melaui kayu salibNya, dan dosa kita dibayar lunas oleh darahNya.
“Karena itu perang saudara ini tidak ada untungnya justru merugi, apalagi yang korban tewas ini punya keluarga kasihan tidak ada yang bertangungjawab. Mari kita hidup saling membantu,saling mengasihi dan tingkatkan kebersamaan”. Ajaknya.
Sementara itu, Nius Weya mewakili pemerintah daerah menegaskan, jangan bermain-main dengan perang, karena perang mengakibatkan banyak berjatuhan korban jiwa, menghilangkan nyawa manusia.
“mulai hari ini jumat 9 April 2021 kita sudah patahkan panah sebagai simbol perdamaian. Dengan mematahkan Panah ini, tidak akan lagi ada peperangan yang terjadi”. TegasNya
Dalam acara kesepakatan perdamaian patah panah tersebut, juga digelar upacara bakar batu (makan bersama masakan tradisional) dengan menyembelih ternak babi sebagai simbol budaya untuk perdamaian oleh kedua kubu yang sedang bertikai.
Pewarta: Jurnalis Warg Noken/ Kominfo Tolikara
Discussion about this post