
Wamena, nokenwene.com – Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Gereja Pentakosta di Indonesia (GPDI) ke 100 tahun di Indonesia, 73 tahun di Papua dan ke 50 tahun di Kabupaten Jayawijaya, ratusan umat melakukan Kirap Obor Api Pentakosta mengelilingi Kota Wamena, usai Obor tersebut tiba di Wamena setelah mengelilingi seluruh Wilayah Indonesia.
Ketua Panitia Yubelium ke 50 GPdI Jayawijaya Pdt. Alexander Mauri mengakui umat GPdI yang ada di wilayah Lapago khususnya Jayawijaya sebenarnya tengah memperingati HUT GPdI 100 tahun di Indonesia, 73 tahun di Papua dan 50 tahun di Wamena, yang telah disiapkan jauh -jauh hari dari Bali sebagai tempat sejarah pertama masuknya GPdI di Indonesia.
“karena pandemi Covid -19 maka acara diubah menjadi kirap obor api pentakosta yang sudah star dari Bali pada tanggal 30 maret tahun lalu dan mengelilingi Indonesia, dan kini masuk ke Wamena untuk umat GPdI melakukan itu di Jayayawijaya,”ungkapnya, Rabu 24/02/2021.
Ia juga mengucapkan terimakasih kepada ketua tim gugus percepatan penanganan Covid -19 yang telah memberikan ijin untuk melakukan acara ini dengan standar prosedur kesehatan sehingga diterapkan prokes yang ketat dalam semua prosesi kirab obor di Wamena.
“kita lakukan kirap api pentakosta ini dilakukan mengelilingi kota wamena, dimana prosesinya tak hanya eforia namun ada tim doa yang menyanyikan puji -pujian dan berdoa untuk kota wamena sehingga lewat kuasa Api Pentakosta itu kita percaya wamena mendapat satu pemulihan dari Covid -19,” ujarnya.
Alexander Mauri berharap, umat GPdI di Lapago bangkit untuk mengobarkan api pentakosta dan tetap mendukung pemerintah yang ada dengan menerapkan peraturan atau protokol kesehatan yang yang ditetapkan. Ia memohon maaf yang sebesar -besarnya karena tak bisa menghadirkan seluruh umat merayakan kirap Obor Api Pentakosta tersebut.
“tapi ini bukan menjadi penghalang untuk umat GPdI melakukan ibadah syukur di masing -masing gereja di Pegunungan Tengah Jayawijaya, melalui peringatan yubelium ke 50 di Lapago maka kami akan bekerja keras menjadi perpanjangan tangan pemerintah memperkuat umat GPdI dikalangan bawa untuk bangkit dengan semangat api pentakosta,”bebernya.
Sementara itu, Penasehat Majelis Daerah Papua GPdI Pdt. Max Assa mengakui, jika api pentakosta masuk ke lembah Baliem pada tahun 1971, secara resmi ia dipercayakan sebagai gembala di Wamena pada tahun 1972, dengan pelayanan yang dilakukan ada pergantian pendeta yang melayani.
“saya bertugas sebagai gembala GPdI Wamena sejak 1972 sampai dengan 1975 digantikan oleh Pdt. Yosias Waromi, Sesudah itu yang meneruskan pelayanan hingga saat ini adalah Pdt. Welly Roem dan gereja pentakosta pada 30 september akan memperingati 50 tahun di Wamena”Jelasnya.
Dikatakan, GPdI masuk di Jayawijaya akan diperingati sekaligus memperingati 100 tahun gereja pantekosta masuk di Indonesia , 73 tahun di tanah Papua dan 50 tahun di Jayawijaya secara bersamaan. Obor api pentakosta yang diterima merupakan simbol api pentakosta tak akan padam.
“semangat GPDI tak akan padam untuk melayani sampai Kristus datang yang kedua, itu adalah harapan kami dan saya percaya tanah Papua akan diberkati lewat pekabaran injil yang berjalan ini,”tutup Max Assa.
Pewarta: Jurnalis Warga Noken Wamena
Discussion about this post