Oleh: Ronny Hisage*
Wamena,nokenwene.com – Lahir di dalam honai di sebuah kampung nun jauh di Tolikara Papua pada 2 juni 1970, sosok Jhon Tabo pernah menyandang status anak terminal dengan profesi sebagai kondektur. Saat SMP Ia juga pernah berpura-pura pakai perban di kaki karena tidak punya sepatu.
Jalan kaki berhari-hari lintas hutan dan gunung di Papua Pegunungan saat jadi ASN di Jayawijaya, hingga akhirnya dilantik sebagai Gubernur Pertama di Provinsi DOB Papua Pegunungan berpasangan dengan Ones Pahabol. Keduanya dilantik presiden Prabowo Subianto pada 17 April 2025 di Istana Negara Jakarta.
Perjuangan Saat Studi
John Tabo selesaikan pendidikan dasar di SD Inpres Anawi Karubaga pada 1982, di sini Ia pernah ditolak guru karena usianya belum cukup untuk sekolah, namun Jhon Tabo kecil dianggap cerdas oleh gurunya sehingga ia menyelesaikan SD hanya 4 tahun, dua kali naik kelas lompat hingga juara umum ujian SD.
“SD kelas 2 langsung kelas 4, tidak pernah saya duduk di kelas 3, dikasi loncat kelas 4, kelas 5 selama 6 bulan saya langsung disuruh ikut ujian, karena lumayan, agak cerdas sedikit. Puji Tuhan ujian SD dari 20 orang lebih itu saya juara umum” ucapnya sambil tertawa kecil.
Berkat kecerdasannya, di usia 12 tahun, Jhon Tabo yang masih mungil sudah merantau ke Sentani Jayapura, Ia diutus misionaris gereja di Tolikara untuk sekolah di SMP YPK Sentani. “Tinggal di asrama dengan teman-teman tapi agak nakal jadi saya di kasih keluar dari asrama” katanya.
Ia lalu hidup terkatung – katung di Sentani. Tak punya rumah, tak punya keluarga, tapi Jhon masih sekolah di SMP dan butuh biaya hidup. Untuk bisa penuhi kebutuhannya, Jhon Tabo yang masih remaja terpaksa harus jadi kondektur dan hidup di terminal, gembala sapi hingga penjual es keliling.
“Kadang tidak punya sepatu, saya pura – pura bungkus kaki dengan perban baru ke sekolah. Tapi itu yang membuat motivasi saya, mereka yang dimanja yang akan maju atau saya yang disingkirkan yang akan jadi orang. Itu dulu” Jhon Tabo Gubernur berkisah.
Alhasil, tahun 1985 Jhon Tabo tamat SMP YPK Sentani. Ditahun yang sama Ia melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Dok 9 Jayapura. Tapi masalah kembali menimpa Jhon, neneknya di Kampung dipanggil Tuhan, Jhon harus pulang Kampung di Tolikara.
Saat akan kembali ke Jayapura lagi untuk sekolah, Ia terkendala biaya.“Saya punya nenek meninggal saya pulang. Saya jalan kaki dari Karubaga ke sini (Wamena) 3 hari 2 malam, sampai di sini mau ke Jayapura, bawa babi jual tapi tidak laku. (Sementara) Di sana (Jayapura) sudah sekolah” tuturnya.
Beruntung, Jhon ke kampung sudah kantongi raport dan ijazah SMP nya. Ia terpaksa urungkan niat lanjut studi di Jayapura dan pindah ke SMA Negeri 1 Wamena hingga tamat pada tahun 1988. Tidak pake lama, setahun berikutnya (1989) Jhon Tabo diangkat menjadi CPNS di Jayawijaya.
Karier PNS
Pada tahun 1990, Jhon Tabo yang masih berstatus Calon PNS (CPNS), dipercayakan sebagai kepala pos pemerintahan di Kuyawagi oleh Bupati Jayawijaya ketika itu, JB. Wenas. Kariernya di birokrasi terus menonjol. Ia lalu ditugaskan di Ninia (Yahukimo) pada 1992.
Di tahun yang sama, Jhon Tabo diminta Bupati Wenas untuk ikut seleksi STPDN (IPDN – sekarang). Berkat kecerdasan saat masih sekolah dan perjuangannya di jalanan hingga kegigihannya di dunia kerja yang sudah teruji, dari 100 orang yang ikut seleksi STPDN hanya satu orang yang dinyatakan lulus seleksi. Adalah Jhon Tabo yang saat itu masih berusia 22 tahun.
Di sini Jhon merasakan pengalaman pahit. Meski satu-satunya yang dinyatakan lulus dari ratusan orang, Ia diperlambat dengan satu persyaratan administratif, yakni rekomendasi dari atasan langsung – tidak ada rekomendasi dari Sekda Jayawijaya.
“Saya balik dari Jatinangor, ya.., disitulah pahitnya saya rasakan di situ, saya diputar, beliau (Sekda) tidak kasih saya rekomendasi. Tapi cukuplah sampai di situ. Saya bilang Tuhan Yesus terimakasih. Saya tidak patah hati” urai Jhon Tabo dengan nada sedih.
Batal lanjut studi di STPDN, Bupati Wenas kembali tugaskan Jhon Tabo sebagai kepala pos pemerintahan di Elelim (Kabupaten Yalimo sekarang). Di sini Jhon mulai mengukir kisah baru lagi, pasalnya perjalanan dari dan ke Wamena membutuhkan waktu 2 malam 3 hari, belum ada jalur transportasi saat itu.
“Menyebrang di kali landik itu jembatannya hanya pake rotan jadi kita meluncur ke sebelah, ini cerita panjang, pahit juga, ini kalau saya ceritra tidak selesai. Ya puji Tuhan saya kerja di pedalaman ini dengan hati yang gembira, tidak pernah mengeluh. Semangat yang selalu ada itu, kenapa mereka bisa saya tidak bisa. Itu pikiran saya dulu, mungkin itu Tuhan kasih saya hikmat yang bagus” beber Jhon.
Karier Politik
Sosok Jhon Tabo yang sudah malang melintang sejak masih di bangku sekolah hingga di dunia birokrasi pemerintahan, rupanya Ia juga punya pengalaman organisasi yang tak sedikit pula, lebih dari 20 organisasi pernah diketuai Jhon Tabo, mulai dari KNPI Jayawijaya, organisasi Parpol hingga ketua relawan pemenangan Presiden Indonesia. Ketua DPRD Jayawijaya, DPRD Tolikara hingga Bupati Tolikara dan Mamberamo Raya perna dijabat Jhon Tabo.
Pada tahun 1997, Jhon Tabo muda yang aktif di organisasi KNPI mulai meniti karier di dunia politik. Ia menjadi salah satu anggota DPRD termuda di Kabupaten Jayawijaya pada usia 25 tahun. Gayung bersambut, kariernya di dunia politik terus melejit. John Tabo terpilih sebagai ketua DPRD Kabupaten Jayawijaya (1999-2004), setahun kemudian, Jhon Tabo juga pernah menjabat ketua DPRD sementara di Kabupaten Tolikara.
Pada tahun 2005, Jhon yang sudah berusia 35 tahun ikut berkontestasi Pilkada Tolikara sebagai calon Bupati. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati secara langsung yang pertama kali di Indonesia, Jhon Tabo menang mutlak atas 3 rivalnya. Ia menjadi Bupati pertama Kabupaten Tolikara yang baru dimekarkan dari Jayawijaya itu.
Habis masa jabatan Bupati di Tolikara, Pemilu berikutnya Jhon Tabo bertarung sebagai calon Wakil Gubernur di Provinsi Papua, berpasangan dengan Barnabas Suebu. Tapi di sini Jhon kurang beruntung, mereka tidak terpilih. Setelahnya, 12 tahun Ia tidak di pemerintahan maupun politik.
12 tahun di luar, tidak berarti jalan politiknya tertutup, tahun 2021, masyarakat di Kabupaten Mamberamo Raya minta Jhon Tabo bertarung sebagai calon Bupati di sana dan menang. Padahal John tidak dikenal di Mamberamo Raya, tapi masyarakat lebih memilih figur pemimpin yang teruji di pemerintahan dan politik. Ia menjabat Bupati Mamberamo Raya tahun 2021 – 2025.
“Masyarakat Mamberamo Raya datang minta saya maju, padahal di situ daerah orang lain, saya tidak dikenal oleh masyarakat tapi puji Tuhan, mungkin itu semua rencana Tuhan jadi saya menang di sana lawan 4 pasangan dan jadi Bupati” Ungkap Jhon.
Pejuang Pemekaran
Saat masih menjabat sebagai ketua DPRD di Jayawijaya, Jhon Tabo punya segudang pengalaman tentang bagaimana memperjuangkan pemekaran daerah administrasi pemerintahan baru, mulai dari pemekaran Kampung, Distrik hingga pemekaran Kabupaten. Beberapa Kabupaten pemekaran dari Jayawijaya, termasuk Kabupaten Tolikara, tak terlepas dari suara dan perjuangan sosok Jhon Tabo saat masih ketua DPRD Jayawijaya.
Pada 2018, Jhon bersama beberapa tokoh dan masyarakat, mendeklarasikan pembentukan DOB Provinsi Papua Pegunungan. Deklarasi itu dilakukan di Wamena dan Jhon Tabo terpilih sebagai ketua tim pemekaran DOB Provinsi Papua Pegunungan.
Posisinya sebagai Bupati Mamberamo Raya, Jhon Tabo semakin fight memperjuangkan pemekaran Provinsi Papua Pegunungan, sebagai ketua tim, John tentu punya segudang pengetahuan tentang bagaimana memperjuangkan pemekaran DOB, karena memang punya sejuta pengalaman di kursi DPRD maupun Bupati dan telah mekarkan Desa, Kecamatan Hingga Kabupaten. Apa Hasil, pemekaran DOB Papua pegunungan pun terwujud dan Jhon Tabo Gubernur Pertamanya.
“Pemekaran desa sudah, distrik sudah, kabupaten sudah, tunggu satu Wamena harus jadi ibukota provinsi dan sayalah gubernur pertamanya. Itu doa, itu saya bernazar dan Tuhan dengar itu, terbukti sekarang saya jadi Gubernur” tutur Jhon Tabo, mengakhiri kisah perjalanan kariernya.
*Kisah ini dikutip dari dialog ekslusif bersama John Tabo yang disiarkan RRI Wamena.
*Penulis adalah Jurnalis RRI Wamen.