Kamis, Oktober 16, 2025
NokenWene
No Result
View All Result
No Result
View All Result
NokenWene
No Result
View All Result
Home Headline

Terungkap, Terduga Pelaku BOM Molotov di Kantor Jubi Anggota TNI

in Headline, Polhukam
Terungkap, Terduga Pelaku BOM Molotov di Kantor Jubi Anggota TNI

Terekam CCTV dua oknum pelaku pelemparan bom molotov saat bereaksi di depan kantor redaksi Jubi pada 16 Oktober 2024 lalu. (Dok. Jubi)

Share on WAShare on FB

Jayapura: nokenwene.com – Terduga pelaku bom Molotov di kantor redaksi jubi pada 16 oktober 2024 lalu akhirnya terungkap, bahwa diduga kuat  2 orang pelempar bom Molotov adalah anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Hal ini terungkap dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi I DPR Papua  dengan  Polda Papua,  Kodam XVII/Cenderawasih, dan Koalisi Advokasi Keadilan dan Keselamatan Jurnalis di Tanah Papua, Jumat (16/05/2025).

RelatedPosts

Pemkab Yahukimo Tinjau Lokasi Kebakaran Kios Warga di Dekai

DPRK Yahukimo Menindaklajuti Aspirasi Keadilan Untuk Tobias Silak

RDP yang berlangsung di salah satu ruang rapat DPR Papua itu, membahas mengenai kasus pelemparan bom molotov ke Kantor Redaksi Jubi di Jalan SPG Teruna Waena, Kota Jayapura, Papua pada 16 Oktober 2024 dini hari.

Dalam RDP itu, dua nama disebut sebagai terduga pelaku, yakni Sersan Satu atau Sertu Devrat dan Prajurit Kepala atau Praka Arga Wisnu Tribaskara.

Kuasa hukum Jubi, Simon Pattiradjawane mengatakan jika kasus tersebut ditingkatkan ke penyidikan, berarti secara konstruksi bukti dan saksi sudah cukup.  Menurutnya, dalam kasus ini penyidik Polda Papua telah mengumpulkan sejumlah alat bukti dan memeriksa sembilan saksi, dan dua aksi kunci merujuk pada siapa terduga pelaku.

Suasana saat RDP bersama Komisi I DPR Papua, di Kantor DPR Papua, (Ist/Jubi)

“Karena ketika kasus ini dinyatakan lengkap dari sisi penyidikan dan dilimpahkan, kami tahu kasus itu sudah cukup bukti, sehingga Polda Papua melimpahkannya kepada Kodam Cenderawasih. Namun kami dengar bahwa kasus [pelemparan bom molotov di Kantor Redaksi] Jubi itu dikembalikan [penyidik Pomdam Cenderawasih] ke Polda Papua, karena kasus tidak cukup bukti,” kata Simon Pattiradjawane.

Menurutnya, presentasi  Direktur Reserse dan Kriminal Umum atau Direskrimum Polda Papua dalam RDP itu, sudah sesuai dengan prosedur pemeriksaan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 184. Sebab, berdasarkan urutan pembuktian saksi-saksi yang diperiksa sembilan orang, dan serpihan bom molotov telah dianalisis di Pusat Laboratorium Forensik atau Puslabfor.

“Ini berarti ada ahli dan bukti suratnya. Barang bukti berupa CCTV (Closed Circuit Television), dan dua kendaraan operasional Jubi [yang rusak]. Penyidik telah melakukan analisis lewat keterangan saksi-saksi dan barang bukti kemudian melakukan gelar perkara yang intinya menemukan terduga Pelaku atas nama Sertu Devrat dan Praka Wisnu, anggota DenIntel,” ujar tim kuasa hukum Jubi.

Atas dasar penyidikan tersebut karena terduga pelaku adalah anggota militer maka penyidik Polda melimpahkan proses hukum selanjutnya ke Kodam XVII/ Cenderawasih. Tidak dilimpahkan ke kejaksaan. Sebab untuk proses peradilan adalah ranah peradilan militer bukan sipil.

Akan tetapi menurut tim kuasa hukum Jubi, saat RDP pihak Kodam XVII Cenderawasih dalam presentasinya menyatakan, berdasarkan hasil investigasi mereka lewat pemeriksaan saksi-saksi termasuk saksi yang disebutkan penyidik Polda melihat pelaku, tidak konsisten memberikan keterangan saat diperiksa pihak Kodam.

Ketiga saksi menyatakan tidak mengetahui pasti pelakunya. Alat bukti motor dan CCTV juga disebut pihak Kodam tidak mendukung pembuktian sehingga berkas dikembalikan ke Polda Papua.

Tim kuasa hukum Jubi berpendapat, seharusnya ada sinergitas antara penyidik Polda Papua dan Polisi Militer Kodam atau Pomdam XVII Cenderawasih. Sebab, penyidik Polda Papua dianggap telah melakukan pemeriksaan sesuai standar KUHAP, namun Kodam XVII Cenderawasih seakan membela dari pelaku.

“Jika terduga pelaku mengarah ke anggota TNI, seharusnya TNI mendalami dan lebih proaktif membuktikan keterlibatan anggotanya, serta mengumumkan pelakunya. Kasus ini terjadi di dalam kota, dekat dengan pos TNI atau markas TNI, Polsek, Polresta dan Polda Papua. Kalau tidak diungkap bagaimana jika ada teror bom serupa terjadi? Polisi dan TNI tidak dapat tampil melindungi rakyatnya,” kata tim kuasa hukum Jubi.

Tim kuasa hukum menyebutkan, poin penting yang mesti diperhatikan oleh TNI dan polisi, adalah perlunya perlindungan terhadap saksi-saksi termasuk, saksi kunci agar dapat memberi keterangan tanpa rasa takut, karena yang bersangkutan memilih keluar dari Jayapura setelah memberikan keterangan.

“Saksi diancam, termasuk ditawari uang untuk tidak mengungkap pelaku kasus ini. Kami berharap setelah RDP ini, pihak TNI segera mengungkap pelaku dan menindaklanjuti proses hukum ke pengadilan militer, agar ada keadilan dan kepastian bagi korban,” ucap tim kuasa hukum Jubi.

Sementara itu, saat RDP Direskrimum Polda Papua, Komisaris Besar Polisi Achmad Fauzi Dalimunthe menyampaikan bahwa dari pemeriksaan sejumlah alat bukti dan keterangan saksi, mengarah kepada terduga pelaku.

Menurutnya, saksi menyatakan kenal dengan terduga pelaku sejak 2023, yang merupakan  anggota TNI Angkatan Darat dan sering bertemu di tempat saksi. “Kedua [terduga pelaku] abang Sertu [Devrat] dan [Praka] Wisnu yang melakukan pembakaran (pelemparan bom molotov ke) kantor Media Jubi,” kata Achmad Fauzi Dalimunthe.

Achmad Fauzi menjelaskan, dalam penyelidikan pihaknya menggunakan Inafis Portable System yang bisa me-face-recognize dari data ataupun orang untuk bukti pencocokan pada Inafis Portable System.

“Kami sudah merasa melengkapi daripada penyelidikan dan penyidikan yang kami laksanakan. Tapi tetap adjust perception of innocence or, diduga tidak bersalah sebelum adanya putusan sidang pengadilan. Dugaan kami pelaku yang melakukan itu adalah [yang] sudah disebutkan itu,” ujarnya.

Menurut Direskrimum Polda Papua, karena terduga adalah anggota TNI pihaknya tidak punya kewenangan melakukan penyelidikan dan tahapan selanjutnya serta tidak bisa ditangani secara pidana umum. Untuk itulah pihaknya berkoordinasi dengan Kodam Cenderawasih, kemudian melimpahkan berkas kasus itu ke Kodam XVII Cenderawasih.

“Berselang beberapa waktu, kami mendapatkan berkas itu kembali ke kami. Apakah ini ada yang keliru [saat] kami lakukan penyidikan dan penyelidikan ini? Apakah mungkin ada orang lain lagi? Karena berkas dikembalikan itu memang ada catatan juga,” ucapnya.

Wakil Asisten Intelijen Kodam XVII/Cenderawasih, Letnan Kolonel Inf Budi Suradi mengatakan, setelah menerima pelimpahan berkas dari Polda Papua, pihaknya langsung membentuk tim investigasi untuk memeriksa saksi, melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus itu.

“Kami mendapatkan delapan saksi dari Polda. Namun disayangkan satu diantaranya pengedar miras. Andai dia bukan pengedar miras, ya kita soal intelligent ini berpikir apa motivasinya jadi saksi, dari situ saja kita bisa patahkan. Karena [keterangan] saksi yang sampaikan ke Polda berbeda dengan ke Kodam dalam hal ini Pomdam. Andai ada saksi selain saksi penjual miras ini, bisalah kita ungkap kejadian ini,” kata Budi Suradi.

Budi Suradi merasa aneh dengan kesaksian yang  menyatakan bahwa terduga pelaku mondar mandir, memamerkan diri, sebelum melemparkan bom molotov. Menurutnya saat diperiksa Pomdam, saksi tidak menyebutkan terduga pelaku adalah Sertu Devrat dan Praka Wisnu.

“Jadi penyidiknya ini menunjukkan foto. Dia tidak kenal, hanya menunjukkan foto oleh penyidik Polda Papua, dengan mengatakan, kenal abang ini, dijawab oleh saksi pernah melihat orang tersebut akan tetapi tidak tahu namanya,” ujarnya.

“Ternyata yang kita dalami terhadap saksi, ternyata dia tidak tahu pelakunya bahkan tidak mengenal siapa Defrat itu, siapa Wisnu itu. tahunya nama-nama ini muncul karena hasil kegiatan di Polda.”

Sementara itu, Anggota Komisi I DPR Papua, Adam Arisoi mengatakan setelah mengikuti penjelasan dari Polda Papua dan Kodam Cenderawasih, terkesan masing-masing institusi ini mengikuti hasil penyelidikannya sendiri.  “Dari penjelasan tadi kami tidak punya kesimpulan. Kami sebagai wakil rakyat sampaikan kepada kedua institusi ini, bahwa kita semua sebagai warga negara ingin hidup aman di Tanah Papua,” katanya.

Arisoi mengatakan tugas TNI dan Polri sebagai institusi yang diberikan tugas menjaga ketentraman warga negara dan penempatan bom molotov ke Kantor Redaksi Jubi pada 16 Oktober 2024, merupakan ancaman bagi semua warga negara di Tanah Papua.

“Karena itu, kasus bom molotov di Kantor Redaksi Jubi, saya berharap diproses karena cukup panjang untuk kita semua mencari keadilan terhadap kasus tersebut. Saya yakin Kodam dan Polda pasti mengungkap kasus ini seadil-adilnya. Jurnalis (pers) merupakan pilar keempat (Demokrasi) di Negara republik Indonesia,” ujarnya.

Sekretaris Komisi I DPR Papua, Hermes Hein Ohee mengatakan Polda Papua menurunkan personil dengan kemampuan terbaik untuk menyelidiki kasus bom molotov itu, srta mengidentifikasi terduga pelaku. Karenanya, ia mendesak Polda Papua mengungkapkan motif dari pelaku tersebut.

“Motivasinya (motifnya) ini apa? Apakah ada pesan (perintah) dari institusi? Atau pribadi, atau ada hubungan pribadi dengan Redaksi Jubi, ini harus jelas. Karena teror kepada media Jubi ini bukan hal baru, tapi berulang kali,” kata Ohee.

Gustaf Kawer dari tim kuasa hukum Jubi mengatakan, peristiwa itu sangat aneh karena lokasinya sangat dekat sekali dengan pos-pos TNI, pusat TNI, Polsek, Polresta bahkan Polda. Namun pelaku tidak dapat diungkap hingga kini.

“Yang menjadi aneh, kenapa lama mengungkapkan pelakunya. Padahal di sini pusat TNI dan Polri, sehingga punya kemampuan cukup untuk mengungkap pelaku sesuai rujukan bukti dan saksi yang ada,” kata Kawer.

Kawer mengatakan, Polda Papua menyelidik untuk pidana umum dan Pomdam menyelidiki pidana militer. Seharusnya kedua institusi bekerja sama dalam hal ini. Polda Papua menyampaikan hasil pemaparannya dan Kodam Cenderawasih sepertinya menyerah.

“Saya bicara ini karena kemarin saya terlibat dalam pendampingan banyak [kasus] seperti [kasus] mutilasi di Timika. Itu komunikasinya lancar seperti teman-teman di Polda ini. Kami juga bertemu dengan saksi kunci itu, dengan saksi yang lain. Wawancara dan menyatakan terduga pelaku ada orang dalam yang dia kenal. Kaitan dengan terduga Devrat dan Wisnu, saksi kunci dia kenal betul bahwa mereka itu orang dalam,” ucapnya. (*)

Pewarta: Jurnalis Warga Noken Wamena*

Tags: Bom MolotovKantor JubiKasus Bom JubiRDP - DPRP
SendShareTweet

Nokenwene.com merupakan media publikasi bagi Jurnalisme Warga Noken yang digagas para sahabat jurnalis dan aktivis di Wamena, Papua

© 2017-2022 Nokenwene.com. All rights reserved.

No Result
View All Result
  • Contact
  • Depan
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Nokenwene.com – Jurnalisme Warga Noken
  • Tentang Kami

© 2022 Nokenwene