Wamena, nokenwene.com – Upacara inisiasi adat menuju perdamaian di distrik Asolokobal ditandai dengan lepas panah oleh Gubernur Papua Pegunungan yang diwakili oleh asisten III Setda, Petrus Mahuse, Senin (08/07/2024) di distrik Asolokobal.
Asisten III Setda Petrus Mahuse mengatakan, dengan adanya pelepasan panah ini maka kita tinggalkan semua yang membelenggu dalam konflik ini lalu menuju hidup damai.
“Kita lepaskan kita punya beban, pikiran perasaan, apa semua kita tinggalkan di tanah seperti tadi yang disampaikan, kasih tinggal, kita ingin hidup damai, aman sejahtera dan seterusnya” katanya.
Untuk itu, Mahuse atas nama Pemprov Papua Pegunungan menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada masyarakat Asolokobal yang telah menyatakan ingin hidup damai sehingga aktivitas masyarakat bisa kembali normal.
“Kita hadir sama-sama di sini karena Tuhan Yesus, kita percaya itu. Kita berharap setelah ini selesai kita pu anak -anak bisa sekolah, kita punya mama – mama bisa berjalan seperti biasa lagi” ujar Mahuse.
Selain itu, ia juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama perangi minuman keras (Miras) beralkohol yang kerap menjadi pemicu konflik di tengah masyarakat.
“Pemerintah kita dukung, para tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda mari kita perangi miras ini, karena barang ini merusak generasi kita, merusak anak – anak kita” Ajak asisten III Setda, atas nama Gubernur Papua Pegunungan.
Senada juga disampaikan Markus Lokobal, tokoh masyarakat Asolokobal bahwa minuman beralkohol atau Miras merupakan musuh bersama untuk diperangi, sebab akibat mabok miras sering menimbulkan masalah besar.
“Sekarang lantaran mabuk terjadi masalah banyak, pembunuhan banyak, mabuk tolong dihentikan, saya dengar ada yang bikin agen minuman di kampung – kampung, tolong dihentikan, jangan dilanjutkan” pesannya.
Markus Lokobal, juga menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam upacara inisiasi adat perdamaian ini.
“Terimakasih atas partisipasi semua pihak dan hari ini kita sama-sama menyaksikan lepas tali panah dan kita lakukan perdamaian, terimakasih untuk semua ini” Ucap Markus Lokobal.
Tokoh Asolokobal lainnya, Yustinus Asso mengatakan, upacara inisiasi adat atau bakar batu yang dilakukan sebagai bukti bahwa pihaknya tidak ingin lagi perang suku tapi ingin hidup damai. Semua ini kita letakan di atas tanah ini lalu menuju perdamaian.
“Jadi kita duduk sama-sama di lantai di tanah ini tujuannya kita letakan semuanya di tanah bahwa perdamaian ini penting, itu tujuan kami duduk di tanah” kata Yustinus, menjelaskan maksud tidak siapkan kursi dan meja untuk tamu undangan.
Upacara inisiasi perdamaian itu, selain melepaskan panah, masyarakat Asolokobal juga menyampaikan beberapa poin pernyataan sikap yang intinya tidak ingin lagi perang suku. Mengakhiri rangkaian acara, dilakukan jamuan bersama masakan bakar batu. Kegiatan serupa juga dilakukan oleh masyarakat di distrik Wouma, pada Sabtu 06 juli 2024.(*)
Pewarta: Jurnalis Warga Noken Wamena*