Wamena, Konflik antar suku di Wouma Wamena Kabupaten Jayawijaya, tidak hanya berdampak pada terhambatnya sejumlah layanan publik, akan tetapi konflik itu juga punya dampak buruk bagi siswa SMP yang hendak menggapai cita-cita di bidang sains matematika di tingkat Nasional.
Jesica Asso dan Toni Wuka siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Megapura gagal mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) Indonesia tahun 2024 di tingkat Provinsi Papua Pegunungan.
Keduanya telah melewati sejumlah tahapan seleksi di sekolah hingga tingkat Kabupaten dan lolos sebagai peserta Olimpiade Nasional di bidang sains matematika untuk provinsi Papua Pegunungan. Namun gagal karena konflik.
“Sa sudah seleksi di sekolah dan kabupaten secara online, sa dengan teman Jesica lulus. Sa setiap di rumah belajar matematika jadi sa coba -coba ikut begini sa pu nama lulus jadi ikut” kata Toni Wuka, Senin (24/ 06/2024) di distrik Asolokobal.
Sesuai jadwal, Olimpiade sedianya dilakukan pada 24 – 25 Juni 2024 secara daring di SMP Negeri 3 Megapura di Distrik Asolokobal.
Namun sayang, harapan Jessica Asso dan Toni Wuka untuk bersaing secara nasional di tingkat provinsi putus, akibat perang suku antara Asolokobal dan Wouma yang hingga kini belum ada jalan penyelesaian.
“Saya menyesal kenapa terjadi begini sampe saya tidak bisa ikut tes olimpiade ini. Kenapa terjadi perang begini e aduh sa mau lanjut olimpiade baru” kesal Toni Wuka.
Toni pun berharap, konflik antar suku ini bisa segerah diselesaikan. “Pemerintah tolong selesaikan perang ini cepat, sa menyesal sekali tidak bisa ikut olimpiade ini” kesal Toni yang baru saja naik ke kelas 9 itu.
Kepala SMP Negeri 3 Megapura, Ansgar Blasius Biru, S.Pd, M.Pd, magakui jika kedua siswa tersebut, Toni Wuka dan Jessica Asso tak bisa ikut Olimpiade Sains matematika tingkat provinsi akibat konflik perang suku yang belum diselesaikan.
“Olimpiade Sains Nasional ini yang sedianya hari ini, tingkat provinsi, kebetulan dua anak kita Jessica Asso dan Toni Wuka inikan lolos kabupaten untuk matematika, jadwalnya hari ini dan besok, hari ini IPA dan IPS dan besoknya matematika, dua anak kita itu matematika” katanya.
Tapi sayang keduanya tidak bisa mengikuti Olimpiade dimaksud karena seluruh fasilitas daring untuk olimpiade ada di sekolah dan pihaknya tidak bisa ke sekolah.
“Nah kamikan harus daring, online dan itu semua fasilitasnya ada di sekolah, kami tidak bisa ke sekolah, seperti inikan kasihan anak-anak kami tidak bisa ikut tingkat provinsi ini, sangat disayangkan, saya sangat menyesal” ucap Kepsek.
Konflik antar warga Wouma dan Asolokobal ini pecah sejak tanggal 12 juni 2024, konflik berawal dari kasus lakalantas yang berujung aksi pemalangan jalan hingga akhirnya meluas ke perang suku antara Wouma dan Asolokobal.
Saling serang antar warga terjadi selam 3 hari (12 – 14 juni 2024) di areal rencana pembangunan kantor Gubernur Papua Pegununga, 7 orang meninggal dunia dan ratusan orang dari kedua kubu korban luka ringan dan berat.
Upaya mediasi sudah mulai dilakukan sejak tanggal 19 Juni 2024, namun belum ada titik temu sehingga mediasi dilanjutkan pada Jumat, 21 Juni 2024, lagi -lagi mediasi kedua gagal mencapai kesepakatan damai. Mediasi akan dilanjutkan dalam waktu dekat, hingga berita ini diturunkan, belum ada kepastian mediasi lanjutan untuk penyelesaian masalah.
Pewarta: Jurnalis Warga Noken Wamena*