Wamena – Nokenwene.com – Owasi – owasika adalah nama rumput sejenis ilalang berwarna ungu yang mekar setiap bulan mei di Wamena Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan. kalangan public di Wamena dan Papua umumnya menyebutnya dengan nama rumput Mei.
Pemuda Hugula asal Yogonima Distrik Itlay Hisage, Soleman Itlay menguraikan secara rinci arti nama Owasi-Owasika atau laga-lagaka dalam bahasa masyarakat Hugula Kabupaten Jayawijaya. Soleman Itlay mengatakan, namanya bukan rumput Mei tetapi Owasi-Owasika dan laga-lagaka. Bunga rumput ini mekar di setiap bulan Mei.
“Sehingga sering disebut rumput Mei di kalangan publik Papua, nama yang sebenarnya dalam bahasa Hugula itu ada dua versi, yaitu Owasi-owasika dan Laga-lagaka,” katanya, Sabtu (19/05/2024).
Soleman Itlay menjelaskan, asal-muasal masyarakat Hugula member nama rumput ini terdiri dari empat kata, yakni owa, owasi, laga (laga-laga) dan eka. Owa artinya dirinya atau padanya menunjukkan kepada objek. Owasi berarti berbau wangi atau harum.
Sedangkan laga berarti pergi atau jalan-menjalar sampai kemana-mana. Dengan kata lain, laga-laga berarti sesuatu yang jalan atau merambat terus menerus. E ka artinya daun atau dedaunan. Maka owasi-owasika atau Laga-lagaeka merupakan sebuah jenis tumbuhan langkah yang memiliki wangi, harum dan mampu menjalar kemana-mana.
“Mengapa nama rumput Mei lebih populer ketimbang Owasi-Owasika? Seorang fotografer di Wamena, bernama Tarci Acex meng-upload foto di akun Facebooknya 5 tahun silam pada 7 Mei 2020,” terangnya.
Tulisan Tarci Acex di dinding Facebooknya itu, Itlay menirukan, dalam bahasa daerah di lembah Baliem memang nama rumput ini Owasi-owasika. Namun beberapa tahun belakangan ini, bunga rumput mekar di bulan Mei. Sehingga sering disebut rumput Mei.
“Rumput Mei ini bukan tumbuhan asli di Wamena. Tetapi baru muncul sekitar 1970 memasuki 1980-an. Hingga saat ini belum jelas, di kawasan mana yang pertama kali tumbuh,” kata Soleman Itlay.
Dia menjelaskan dari awal hingga saat ini, Owasi-owasika rata-rata tumbuh di atas permukaan tanah yang cukup tinggi dan dataran atau perbukitan yang tanahnya cukup kering.
“Rumput yang menurut Pater Lishout berasal dari Belanda ini mudah tumbuh dan cepat merambat di lahan bekas perkebunan dan pinggir jalan raya,” jelasnya.
Itlay menjelaskan bentuk Laga-lagaeka berakar dalam tanah dengan kedalaman kurang lebih 1-5 centimeter. Batangnya kecil-kecil. Tidak lebih dari 2-4 diameter. “Satu batang atau satu cabang suku bunga bisa memakan jarak lebih dari 1 meter. Jika dia sambung-menyambung bakal bisa memakan lebih dari 10-50 hektar,” jelasnya.
Lebih jauh Itlay menerangkan batang saat usia mudah berwarna hijau, setelah tua warna cokelat, mudah lengket dengan pakaian. Tetapi kalau musim kemarau tiba jika dibakar, mudah sekali terbakar hingga di akar-akarnya.
Selain itu Itlay menerangkan Fungsi dan manfaat Owasi-owasika sejak muncul hingga saat ini, orang-orang di Lembah Agung Baliem banyak difungsikan untuk kepentingan ternak hewan, pembangunan pagar rumah, kebun dan Gereja. “Rumput ini bisa menyembuhkan ternak hewan, terutama ternak babi yang sakit demam atau kedinginan,” terangnya.
Dia menguraikan lebih rinci tentang fungsi rumput itu, Pemilik ternak, kalau sudah tahu ternaknya sakit maka, dia akan pergi potong rumput ini dan kasih masuk di kandang babi untuk menghangatkan tubuh ternak sekaligus menyembuhkannya. “Kalau sudah membuat pagar kebun, rumah, gereja dan kantor kampung. biasanya masyarakat manfaatkan rumput langkah ini seperti itu,” katanya.
Itlay berharap rumput ini kedepan bisa menjadi salah satu obat untuk mengobati orang yang membutuhkan lem, obat untuk menyembuhkan orang atau ternak yang sakit demam atau malaria.
“Tetapi hal itu, membutuhkan kajian akademis yang mendalam guna memastikannya. Tetapi yang jelas kedepan akan bermanfaat bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan seperti itu,” pungkasnya. (*)
Pewarta: Obock Ishak Silak / Jurnalis Warga Noken*