Wamena, nokenwene.com – Sejarah telah mencatat bahwa, Dr. Myron Bromley dan Elisa Gobay bersaama rombongan adalah perintis di Lembah Agung Wamena Kabaupaten Jayawijaya pada khususnya dan wilaya Laapago yang kini menjadi Provinsi Papua Pegunungan pada umumnya.
Rintisan itu dimulai di kampung Minimo, tepatnya di tepi muara sungai Mini, pada 20 April 1954. Tanggal 20 April tiap tahunnya di peringati sebagai Hari pekabaran Injil (HUT – PI) oleh masyarakat Baliem.
Pada 13 April 2023 lalu, tempat ini dikunjungi Lois Bremley, anak perempuan bungsu dari Dr. Miron Bromley. Kali ini Minimo dikunjungi oleh Elisabeth Bromley.
Elisabeth Bromley adalah putri ke dua dari tiga bersaudara oleh Dr. Myron Bromley dan Nyonya Bromley.
Elisabeth didampingi Theo Hesegem dan Yerry Hisage dan rombongannya tiba di Kampung Minimo Distrik Maima Kabupaten Jayawijaya, pada Rabu (19/4/2023), sehari menjelang perayaan HUT PI 20 April 2023.
Warga minimo dari lima denominasi gereja yang saat itu sedang persiapan ibada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Pekabaran Injil (PI) ke -69, Elisabeth Bromley tiba di Kampung Minimo dari arah kota Wamena setelah pulang dari Tangma Kabupaten Yahukimo.
Warga Minimo bersama seluruh elemen masyarakat Minimo merasa kagum dan menyambut Elisabeth penuh air mata.
Setibahnya Elisabeth di halaman Gereja Oikumene, para toko agama, toko adat, intelektual dan semua yang ada saat itu, secara spontan baris dari pintu masuk Gereja untuk menyambut dan berjabatangan.
Selanjutnya, setelah semua mengambil posisi duduk, seperti biasanya budaya Wamena sebagai tanda penghormatan, Meus Mulait, yang juga sebagai Kepalah Kampung Minimo langsung mengangkat lagu ratapan dan diikuti oleh semua yang ada saat itu.
Semua orang yang ada saat itu turut meneteskan air mata, karena memang lagu ratapan menceritakan kisah yang telah lalui bersama sehingga membuat semua merasa sedih.
Tangisan melalui syair ratapan itu selain mengandung makna sedih tapi juga umat Tuhan yang ada di Minimo merasa bahagia dan sangat senang atas kunjungan Elisabet Bromley.
Theo Hesegem, peminat HAM Papua, dan juga salah seorang toko Intelektual di wilaya Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, mengatakan kunjungan Elisabeth Bromley dan Lois Bromley memang bertujuan untuk datang ke wilaya Pegunungan (Laapago) khususnya di Tangma dan Minimo, namun menyangkut persoalan keamanan, Polda Papua sempat agak mempersulit.
“Perjalanan kedatangan mereka itu, sebenarnya mereka ingin untuk datang ke sini [Minimo], namun Polda gak sedikit perketat. tapi saya sampaikan ke Polda bahwa, ini anak perintis anak – anak dari Tuan Bromley yang tahun 1954 itu bawa injil ke Lembah Baliem sehingga mereka mau datang berkunjung, sehingga saya minta untuk jangan persulit. Dan itu saya sampaikan ke Kapolda” Kata Theo.
Lanjudnya, pihak Polda sampaikan untuk tidak bisa ke wilaya Yahukimo dan Wamena karena situasi keamanan yang tidak menjamin.
“Tapi saya bilang, saya jaminan untuk Elisabeth dengan Louis . dan saya sampaikan bahwa saya akan kawali mereka , damping mereka sampai pulang. Dan mereka izinkan untuk Elisabeth dan Lois datang untuk ke Tangma dan Kabupaten Yahukimo dan Wamena di Minimo,’ ungkap Theo Hesegem.
“Dan, kata Hesegem, hari ini kebetulan, hari sejara yang mereka datang sehingga menurut saya mereka membawa berkat yang luar biasa untuk kita” Katanya lagi.
Sementara itu, Elisabeth Bromley, anak ke dua dari Dr. Myron Bromley, menyampaikan ucapan selamat kepada warga Minimo sebagai penjaga tempat bersejara yang di rintis oleh orang tuanya.
Elisabeth Bromley menyamapaikan pesan menggunakan bahasa daerah berlogat Tangma Kabuapten Yahukimo.
Terlihat Elisabeth agak kurang dalam berbahasa Indonesia, dan lebih lancar berbahasa daerah.
Berikut adalah beberpa pesan yang di sampaikan Elisabeth Bromley dalam bahasa Baliem.
“An nerugi ,neagi yoma hach matnyapi. An naklanene , an nopase an neperak werek akigi. Yoma, apuni helelemogo yire inyakla hach akasak. Yogotak yare an netaiken ekin aga, mekere yogotak ya nit ninom welago atnogore an netaiken hach akikilagi. (saya sampaikan salam kepada sanak saudara yang ada disini (Minimo). Saya pikir, bapa saya [Dr. Myron Bromley] bersama saya saat ini. Semua orang yang ada disini atau saat ini mesti merasa senang atau bahagia. Saat ini hati saya merasa berat, tepi kebersamaan kita saat ini saya merasa senaag atau bahagia),” ucap Elisabeth.
“Hinyalawoge, ninakla meke an nagot Theo [Hesegem] neperak palik usak elogat. Mekere, yogotak ya hemuklugareneke igin, an nakla hach aga, nen hach watnyapi, yoma inyom welago. eyi nayuge an nopase yoma ike an hesik. lia ari penting mene. (kepada sanak saudara, apa yang kita berpikir saya bersama adik Theo Hesegem diskusi baru bisa sampaikan. Tapi, saat ini sedikit, saya merasa senang atau bahagia, dan saya sampaikan terimakasi untuk kebersamaan kita saat ini. Saya merasa kagum karena orang tua saya sampaian atau ceritakan kepada saya. Terang itu penting artinya, Firman Tuhan itu adalah terang dan itu penting)”.
“At yoma waga, nen Lopipi Hisage, Saleklarogo Mulait it nyapen palagace meke akla ewerek welaga. An yoma wagi, at inyom welagep meke atnogo hach motok matnyapi. Dia [Dr. Myron Bromley] datang kesini [Minimo], dan ketemu Lopipi Hisage dan Salekarogo Mulait itu tidak perna dilupakan oleh orang tua saya [Dr. Myron Bromley]. Saya datang kesini dan saat ini, saya sapaikan terimakasi karena suda sama-sama dengan orang tua saya” ucap Bromley.
Ketua Panitia HUT PI ke-69, Dominggus Mulait, mewakili semua umat Tuhan yang ada di wilaya Minimo Distrik Maima Kabupaten Jayawijaya, meyampaikan terimakasi yang sangat mendalam atas kedatangan ibu Elisabeth Bromley bersama rombongan.
“kami umat Tuhan yang ada di Minimo menyampaikan terimakasi yang sangat mendalam dan menerima dengan suka cinta. Air mata yang kami kasi turun itu, kita senang dan suka cita,” ucap Mulait.
Pewarta: Osil / Jurnalis Warga Noken