Oleh EG
Setiap tahun, Perusahan Listrik Negara (PLN) di Kabupaten Yahukimo mengeluarkan pemberitahuan. Pemberitahuan itu isinya sama saja yaitu terkait pemadaman listrik.
Alasan pemadaman listrik pun sama setiap tahunnya. Biasanya dua saja alasan yang dipakai untuk pemadaman listrik itu yaitu BBM terbatas karena air sungai surut atau ada mesin yang rusak. Entah mengapa, kedua alasan ini semakin tahunnya semakin mencurigakan.
Mencurigakan karena kedua masalah itu sudah sering terjadi namun seperti tidak ada antisipasinya. Selain itu, pengumuman itu biasanya beredar menjelang akhir tahun.
PLN ini perusahaan negara yang sangat besar. Jadi kalau masalah yang sama terjadi terus setiap tahunnya maka mestinya ada tindakan antisipasi. Tapi sayangnya, itu tidak ada di PLN Yahukimo.
Yang juga menarik untuk dianalisis sekaligus menggelorakan amarah adalah surat pemberitahuan itu tanpa nama penanggung jawab yang mengeluarkan surat itu. Demikian pun jangan mengharapkan adanya nomor telepon yang bisa dihubungi.
Baca juga PLN KP Yahukimo Dinilai Tidak Berikan Pelayanan Yang Baik
Surat tanpa nama penanggung jawab dan nomor telepon itu diikuti dengan tidak taatnya PLN pada jadwal yang mereka buat sendiri. PLN dengan seenaknya menyalakan atau memadamkan listrik. Mereka tidak peduli bahwa masyarakat Dekai telah mengatur aktivitas sesuai jadwal yang mereka buat itu.
Berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan listrik pun berantakan. Bahkan mereka tidak peduli bagaimana dampak pemadaman listrik yang tidak sesuai jadwal itu terhadap pelayanan kesehatan di RSUD Dekai.
Terhadap kondisi itu, siapa peduli?
Memang PLN berlaku sangat “adil” dengan melakukan pemadaman tak berjadwal itu. Mau itu rumah rakyat miskin di pinggiran kota Dekai maupun rumah pegawai hingga rumah para anggota DPRD dan bahkan rumah Bupati dan Wakil Bupati, semuanya menikmati kesewenang-wenangan PLN.
Masyarakat kecil akan menumpahkan kekesalannya dengan mengeluh di media sosial. Mereka berbagi kekecewaan di grup Whatsapp dengan harapan para pejabat atau wakil rakyat yang bergabung dalam grup-grup Whatsapp mau sedikit melirik penderitaan bersama itu.
Sayangnya mereka yang diharapkan itu hanya membaca keluhan itu lalu larut dalam keheningan. Mereka lupa bahwa mereka sebagai pejabat negara yang terhormat itu pun sedang dipermainkan oleh perusahaan negara. Mungkin cahaya lampu dan bunyi genset di belakang rumahnya membuat mereka terlena dan lupa bahwa puluhan ribu rakyat kecil tidak mampu mendapatkan kemewahan genset itu. Belum lagi BBM yang terbatas serta mahal membuat mimpi rakyat jelata untuk memiliki genset sulit dijangkau.
Entah berapa kerugian yang dialami masyarakat akibat begitu berkuasanya PLN yang tidak tersentuh baik para pengambil kebijakan maupun penegak hukum. Berapa banyak usaha yang merugi karena freezer tak sanggup membekukan bahan makanan, berapa banyak peralatan elektronik yang rusak, berapa banyak pekerjaan kantoran yang tertunda, berapa banyak anak sekolah yang kehilangan momentum belajar atau berapa banyak pasien yang terhambat mendapatkan pelayanan?
Siapa yang peduli?
Semua orang di Dekai hanya bisa pasrah dan memaklumi. Toh semua orang mengalami hal serupa.
Andai saja setiap pemadaman listrik itu ada yang mengawasi dan menghitung banyaknya BBM yang dihemat, mungkin setelah sekian tahun sudah ada mesin listrik baru. Tapi siapa yang tahu kemana larinya BBM yang tidak digunakan karena pemadaman yang dilakukan.
Siapa Peduli?