Rabu, Februari 1, 2023
NokenWene
No Result
View All Result
  • Polhukam
  • Pendidikan dan Kesehatan
  • Ekonomi
  • Seni dan Budaya
  • Perempuan dan Anak
  • Opini
  • Lainnya
    • Lingkungan
    • Pengungsi Nduga
    • Perjalanan
    • Jurnalis Cilik
    • Kopi Wamena
    • Sastra
  • Polhukam
  • Pendidikan dan Kesehatan
  • Ekonomi
  • Seni dan Budaya
  • Perempuan dan Anak
  • Opini
  • Lainnya
    • Lingkungan
    • Pengungsi Nduga
    • Perjalanan
    • Jurnalis Cilik
    • Kopi Wamena
    • Sastra
No Result
View All Result
NokenWene
No Result
View All Result
Home Headline

Wajah Papua pada Bulan Agustus

in Headline, Opini
Reading Time: 5 mins read
0
Bendera Papua, Bintang Kejora yang dikibarkan di GOR Cenderawasih Jayapura. Perjuangan rakyat Papua untuk membebaskan diri dari penjajahan seringkali ditunjukkan dengan mengibarkan bendera bintang Kejora. Namun wajah Papua di bulan Agustus seringkali berbeda. - Ist

Bendera Bintang Kejora yang dikibarkan di GOR Cenderawasih Jayapura - Ist

Share on WAShare on FB

RelatedPosts

Panitia Gelar Pra Konferensi Jelang KTT II ULMWP

Cegah Pelanggaran, Sepius Mirin : Pembina Politik Tidak Bisa Jadi Penyelenggara

Melakukan Pengawasan Tahapan Pemilu, Ini Kata Komisioner Bawaslu Yahukimo

Oleh: Pato

Wajah Papua dalam bulan Agustus seringkali menjadi sesuatu yang aneh apalagi bagi orang non Papua yang baru pertama kali ke Papua. Gencarnya propaganda di media sosial dan seringnya berita tentang demonstrasi menuntut referendum, bagi orang luar yang datang pada bulan Agustus, wajah Papua jadi aneh.

Wajah Papua dalam bulan Agustus terlihat ketika KNPI Yahukimo mengumumkan pembukaan pendaftaran peserta turnamen bola voli, publik Yahukimo pun riuh. Pasalnya, turnamen itu untuk memeriahkan HUT RI ke-77. Ada yang protes, mengeluh dan marah. Namun banyak juga yang senang, mendukung dan balik memarahi orang yang protes.

Yang luar biasa menurut saya, dalam waktu yang sangat singkat-sekitar dua hari- 34 tim voli mendaftar. Luar biasa karena cukup banyak orang muda Papua yang terlibat dalam agenda negara. Padahal selama ini, gerakan perlawanan terhadap negara berasal dari kelompok generasi muda.

Kondisi ini tidak hanya terjadi di Yahukimo. Banyak tempat di Papua mengalami hal serupa. Euforia perayaan kemerdekaan Indonesia telah merasuk jauh ke dalam diri orang Papua yang menjadi korban, terpinggirkan dan selama ini angkat tangan kiri. Wajah Papua pada bulan Agustus adalah gambaran bagaimana dua ideologi berbeda bertarung merebut massa.

Perayaan kemerdekaan Indonesia seperti menjadi oase pemuas dahaga bagi orang Papua. Sebab dalam perayaan itu, masyarakat Papua, apalagi yang paling keras memberontak, akan dielu-elukan jika mau belok kanan dan terlibat dalam perayaan itu.

Hal seperti ini bukan barang baru bagi rakyat Papua. Setiap Agustus rakyat Papua pun sudah sering mendengar acara kembalinya anggota OPM ke Pangkuan RI atau acara serupa lainnya.

Entah benar atau rekayasa, yang jelas itu menjadi petunjuk bahwa kondisi keterjajahan seringkali kalah dari tawaran menggiurkan berupa hadiah, uang, atau hiburan selama Agustus. Ini juga tanda bahwa kesadaran politik masih belum atau bahkan sudah tidak menjadi kesadaran bersama. Kesadaran politik hanya jadi kesadaran golongan pejuang garis keras.

Honai Papua Sudah Dingin, Dunia Maya makin Panas

Tentu saja kondisi ini tidak muncul dengan sendirinya. Ada kerja negara di balik kondisi itu. Penciptaan ketergantungan melalui dana Otsus adalah salah satunya. Selain itu, propaganda dan Pendidikan politik kelompok pejuang jauh dari gerakan negara yang berlimpah sumber daya.

Para aktivis saat ini menumpuk di perkotaan dan melupakan kampung-kampung yang sedang digerogoti kesadaran politiknya melalui dana desa. Para aktivis ramai berjuang di media sosial hingga saling kritik-saling mengajar- karena perpecahan dll. Sementara di kampung-kampung tak ada guru yang mengajar, tak ada tenaga kesehatan yang mengobati orang sakit. Maka ketika negara sesekali hadir dengan program bantuan tenaga kesehatan ketika ada KLB misalnya, rakyat kecil tidak punya pilihan lain selain melihat negara adalah pahlawan. Padahal para aktivis tahu bahwa KLB terjadi karena negara tidak becus mengurus hak rakyat akan kesehatan.

Demikian pun ketika angka buta huruf meninggi-walaupun sudah sangat tinggi – negara hadirkan bantuan tenaga guru. Maka anak-anak yang merindukan pendidikan tentu bahagia karena penjajah yang tidak menyiapkan guru bertahun-tahun kini terlihat sebagai malaikat.

Karena itu, jangan heran ketika dalam bulan Agustus, peringatan Hari Mambesak, peringatan Hari Masyarakat Adat atau peringatan New York Agreement hingga Rasisme berada jauh di bawah bayang-bayang HUT RI.

Papua di bulan Agustus bisa jadi sudah menggambarkan bagaimana sesungguhnya gerakan pembebasan di tanah Papua.

Apakah Agustus tahun depan masih seperti ini? Jawabannya ada pada pundak rakyat Papua sendiri, apakah masih asik saja berselancar di dunia maya tanpa menyentuh basis? Apakah masih bergantung pada dana desa, BLT, dana Otsus, dana beasiswa atau bangkit dan mandiri?

Ingat hutan semakin punah, kasuari semakin sulit ditemui, kebun-kebun sudah penuh ilalang, honai-honai makin dingin, tetapi dunia maya makin panas, togel dan miras pun makin memabukkan.

Tags: AgustusHUT RIWajah Papua
SendShareTweet
Previous Post

SMP dan SMA Advent Sogokmo Gelar Berbagai Lomba

Next Post

KPU 5 Kabupaten di Lapago hadiri HUT RI di Wamena

BeritaTerkait

No Content Available
Next Post
Kantor KPU Jayawijaya di Wamena - JW Noken

KPU 5 Kabupaten di Lapago hadiri HUT RI di Wamena

KPU

KPU Lanny Jaya Akan Berkantor di Tiom Usai HUT RI

Petani Waluok Kampung Helaluwa Tanam Kedelei Perdana 

Petani Waluok Kampung Helaluwa Tanam Kedelei Perdana 

Kondisi Intan Jaya saat terjadi serangan TPN-PB pada 16 Agustus 2022. Gambar ini merupakan tangkapan layar video yang beredar di youtube tentang kejadian di Intan Jaya. Ist.

TPN-PB Intan Jaya Beraksi Sehari Menjelang HUT RI

Badan pengurus terpilih ikatan keluarga besar suku Mee - Dok.Panitia

Ini Program Beles Yogi Untuk Warga Suku Mee di Jayawijaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Nokenwene.com merupakan media publikasi bagi Jurnalisme Warga Noken yang digagas para sahabat jurnalis dan aktivis di Wamena, Papua

© 2017-2022 Nokenwene.com. All rights reserved.

No Result
View All Result
  • Polhukam
  • Pendidikan dan Kesehatan
  • Ekonomi
  • Seni dan Budaya
  • Perempuan dan Anak
  • Opini
  • Lainnya
    • Lingkungan
    • Pengungsi Nduga
    • Perjalanan
    • Jurnalis Cilik
    • Kopi Wamena
    • Sastra

© 2022 Nokenwene

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist