Wamena, nokenwene.com – Beberapa tenaga dokter dan perawat yang telah diangkat menjadi PNS di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya terpaksa palang pintu gerbang Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya, Selasa (28/9/2021) pagi
.
“Sebelumnya kami minta maaf ke Dinas Kesehatan, kami lakukan pemalangan ini dalam keadaan terpaksa, karena kami sudah kasitahu baik-baik, kami sudah koordinasi baik dari awal,” kata koordinator aksi pemalangan, dr. Ronny Oagay di depan pintu masuk Kantor Dinkes Jayawijaya.
Menurutnya, semua yang hadir dalam melakukan pemalangan di Kantor Dinkes Jayawijaya adalah CPNS Tahun 2018 yang telah menerima SK.
Sebeluamnya kami adalah tenaga kontrak, baik itu dokter maupun tenaga perawat, namun setelah lulus CPNS, kontrak kerja kami diberhentikan sepihak dengan alasan sudah lulus CPNS.
“Kami sudah kasih tahu dan minta, kami harus dibayar kontraknya, dan mereke bilang nanti sekalian dengan pembayaran TMT, tetapi setelah terima SK di BKD, BKD bilang TMT tidak ada,” kata dr. Ronny Oagay.
Sedangkan, sejak bulan Januari hingga September 2021, tenaga dokter dan juga perawat telah melaksankan kerja di lapangan sesuai kontrak dan perjanjian sebelumnya, bahwa upah kontraknya akan dibayar.
Setelah 8 bulan berjalan, semua hak-hak yang harus dibayarkan tidak direalisasi dengan baik, padahal pihaknya sudah melakukan pertemuan dan diskusi serta koordinasi dengan pihak Dinas.
Untuk itu, pihaknya dengan terpaksa melakukan pemalangan di depan pintu gergang kantor Dinkes Jayawijaya, dengan harapan ada jawaban langsung terkait realisasi pembayaran hak-hak tenaga dokter dan juga tenaga perawat.
“Kami hanya minta Kepala Dinas bisa bayar kami yang sudah kerja dari Januari hingga SK keluar, kami ada 17 orang,” kata Ronny Oagay.
Dirinya meyebutkan, teman-teman di lingkungan RSUD sudah mendapat bayaran haknya, padahal semua yang ada sama-sama lulus CPNS, sehingga ini menjadi pertanyaan untuk perbedaan ini.
Sementara itu, salah satu perawat petugas kesehatan yang selama ini bekerja di Puskesmas Asologaima, Suster Yuli menyebutkan, selama 8 bulan berjalan, dirinya bersama teman-teman terpaksa menggunakan anggaran sendiri untuk membiayai hidup mereka dan juga biaya transportasi ke tempat tugas.
“Kadang kita su tarada uang tu kita pinjam di teman e, karena tong tahu kita terima rapel baru tong ganti,” kata Suster Yuli
Namun sampai saat ini dirinya belum menerima haknya, termasuk honor kontrak.
Saat berita ini di turunkan, belum ada konfirmasi dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya ,
Pewarta: Jurnalis Warga Noken
Discussion about this post