• Latest
  • Trending

Jokowi, Nasionalisme Indonesia di Papua Sudah Dihapus Air Mata dan Darah

26 Agustus 2021
Pemda Jayawijaya Diminta Siapkan Langkah  – langkah Pemulihan Pasca Banjir

Pemda Jayawijaya Diminta Siapkan Langkah  – langkah Pemulihan Pasca Banjir

12 Mei 2025
Harga Beras Melonjak Saat Bencana, DPRD Jayawijaya Minta Pemda Kontrol

Harga Beras Melonjak Saat Bencana, DPRD Jayawijaya Minta Pemda Kontrol

8 Mei 2025
Yasera Wamena Berbagi Kasih ke Warga Terdampak Banjir

Yasera Wamena Berbagi Kasih ke Warga Terdampak Banjir

6 Mei 2025
SMA Kristen Wamena Gelar Seminar P5 Dampak Pornografi Bagi Remaja

SMA Kristen Wamena Gelar Seminar P5 Dampak Pornografi Bagi Remaja

3 Mei 2025
Badan Pengerja Gereja GIDI Jemaat Eklesia Bonto Baru Periode 2025-2028 Resmi Dikukuhkan

Badan Pengerja Gereja GIDI Jemaat Eklesia Bonto Baru Periode 2025-2028 Resmi Dikukuhkan

1 Mei 2025
Wakil Bupati Yahukimo Esau Miram Menegaskan Jaga Kedisiplinan ASN

Pemkab Yahukimo Akan Tertibkan Warung Remang-Remang dan Penyakit Masyarakat

28 April 2025
PGPP Gelar Ibadah HUT Pekabaran Injil di Jayawijaya

PGPP Gelar Ibadah HUT Pekabaran Injil di Jayawijaya

24 April 2025
Rabu, Mei 14, 2025
NokenWene
No Result
View All Result
  • Polhukam
  • Pendidikan dan Kesehatan
  • Ekonomi
  • Seni dan Budaya
  • Perempuan dan Anak
  • Opini
  • Lainnya
    • Lingkungan
    • Pengungsi Nduga
    • Perjalanan
    • Jurnalis Cilik
    • Kopi Wamena
    • Sastra
  • Polhukam
  • Pendidikan dan Kesehatan
  • Ekonomi
  • Seni dan Budaya
  • Perempuan dan Anak
  • Opini
  • Lainnya
    • Lingkungan
    • Pengungsi Nduga
    • Perjalanan
    • Jurnalis Cilik
    • Kopi Wamena
    • Sastra
No Result
View All Result
NokenWene
No Result
View All Result
Home Headline

Jokowi, Nasionalisme Indonesia di Papua Sudah Dihapus Air Mata dan Darah

in Headline, Opini
Share on WAShare on FB

Oleh : Ones Suhuniap*

Nasionalisme Indonesia di Papua sudah luntur walaupun orang Papua dipaksakan menerima ideologi pancasila dengan cara apapun.

RelatedPosts

“Pemerintah Respon Cepat Banjir di Kota, Bagaimana Dengan Kami di Kampung?”

DPRD Jayawijaya Bakal Panggil Pansel DPR Pengangkatan dan Pihak Terkait

Orang Papua tidak pernah menerima kedatangan Indonesia di Papua. Namun orang Papua dianeksasi secara paksa dengan invasi militer sehingga tidak pernah menerima keberadaan Indonesia di Papua.

Jadi nasionalisme Indonesia tidak akan pernah diterima oleh rakyat Papua. Atau orang Papua tidak pernah merasa dirinya bagian dari Indonesia.

Apalagi ada unsur paksakan dengan kekuatan militer. Jakarta memaksakan kehendaknya agar orang Papua menerima nasionalisme Indonesia. Itu hanyalah mimpi.

Jadi sejak awal Nasionalisme Indonesia dan ideologi Pancasila di Papua itu sudah hilang atau sudah terhapus dengan air mata dan darah orang Papua.

Luka yang tidak pernah sembuh, air mata mama-mama Papua belum berhenti. Ketika  rakyat Papua menangis, Jakarta dengan slogan NKRI harga mati dan atas nama pembangunan dan kesejahteraan datang di Papua terus merampas hak- haknya .

Tindakan Indonesia merampas tanah, mencuri sumber daya alamnya sambil menginjak-injak harga diri serta merendahkan harkat dan martabat sebagai manusia menciptakan luka dan tangisan air mata dan darah.

Jakarta memaksakan semua konsepnya di Papua agar orang Papua menerima nasionalisme Indonesia. Pertama konsep pendidikan sejak SD sampai kuliah kurang lebih 17 tahun. Konsepnya penuh dengan manipulasi sejarah dan sekaligus memaksakan orang Papua untuk menerimanya sebagai kebenaran.

Sistem Pendidikan Indonesia yang diajarkan melalui kurikulum nasional di Papua pun mengandung upaya menciptakan hegemoni untuk melanggengkan kolonialisme di Papua.

Kurikulum Indonesia yang dipaksakan dipelajari orang Papua bahkan tidak sesuai dengan filosofi bangsa Papua.

Sejak SD kita dipaksakan mengerti sawah yang kita tidak pernah jumpai di Papua. Kita dipaksakan untuk mengerti kereta api.

Ini logika terbalik jika Indonesia ingin orang Papua harus menerima nasionalisme Indonesia dan menerima ideologi Pancasila. Sistem pendidikan atau kurikulum dan peraktek pembangunan harus kontekstual supaya orang Papua bisa paham dan menerima ideologi dan Nasionalisme Indonesia di Papua.

Kurikulum harus sesuai konteks, bukan bapa pergi ke sawah, ini rel kereta api dan bapa kasih makan sapi dan lainnya. Ini tidak kontekstual bahkan menjauhkan anak-anak Papua dari konteks hidupnya sendiri.

Seharusnya bapa pergi ke kebun atau bapa kasih makan babi, atau di pesisir bapa tokok sagu atau bapa bapa balobe ikan.

Namun yang ada adalah kurikulum pendidikan sampai dengan konsep pembangunan di Papua tidak sesuai kontekst sehingga tidak akan pernah berhasil mengindonesiakan orang Papua.

Pembagunan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan serta konsep kesejahteraan juga dipaksakan ala jawa tidak sesuai budaya dan filosofi kehidupan bangsa Papua.

Dalam pemberdayaan, orang Papua dipaksakan piara sapi dan kambing. Dalam bidang pertanian misalnya, orang Papua dipaksakan mengerti tanam sawah bukan mengelola kebun ubi jalar atau merawat hutan sagu. Akibatnya orang Papua dipaksa menerima hutan sagu dijadikan lahan sawah. Itu jauh dari budaya orang Papua.

Konsep seperti ini adalah konsep yang tidak bisa diterima orang Papua karena hal itu sesuatu yang baru dan tidak kontekstual serta berbahaya bagi keberlangsungan hidup orang Papua.

Orang Papua tidak menerima konsep luar yang dipaksakan di sini sehingga orang Papua tidak bisa berpartisipasi sebagai subyek namun menjadi obyek.

Saya sendiri merasa sering bertanya: yang pemalas dan ketinggalan itu siapa? Yang buat konsep pembangunan dan kurikulum atau kita orang Papua yang dipaksa ikuti dan menerima teori pendidikan dan konsep pembangunan yang selalu datang dari luar.

Selain itu tidak ada ruang secara bebas bagi orang papua berpartisipasi dalam semua aspek pembangunan Infrastruktur, bidang ekonomi kerakyatan serta konsep kesejahteraan juga.

Orang Papua tidak bisa jadi subyek dalam semua pembangunan. Yang ada di Papua orang Papua hanya obyek dan menjadi penonton.

Lalu orang Papua diberi label buruk atau stigma pemalas, bodoh dan tukang mabuk.
Padahal semua konsep pembangunan dan kurikulum pendidikan Indonesia di Papua tidak sesuai dengan filosofi atau tidak kontekstual.

Jadi sampai dunia kiamat orang Papua tidak akan menerima nasionalisme Indonesia di Papua. Yang akan tunduk berlutut dibawa ideologi pancasila hanya kaum borjuis yang memang jadi budak Jakarta.

Orang Papua sudah muak dan bosan dengan janji palsu dan retorika penguasa yang sebenarnya ilusi.

Apalagi orang Papua dari Sorong sampai Merauke sudah paham bahwa Jakarta hanya menginginkan kekayaan alam di Papua.

Indeks Pembangunan Manusia Papua tidak dipikirkan karena motivasi Indonesia di Papua adalah motif ekonomi.

Jadi JOKOWI mau datang ke Papua itu mau sembuhkan luka dan air mata orang Papua atau menambah luka dengan janji palsunya.

JOKOWI jangan datang ke Papua untuk menambah luka. Kami rasa kedatangan Jokowi ke Papua hanya bentuk pencitraan bukan obat yang menyembuhkan luka yang diderita orang Papua.

Obat bagi orang Papua hanya Papua merdeka, supaya bangsa Papua bisa menata diri dan mengobati luka batin yang diderita selama hidup bersama Indonesia.

*Juru Bicara KNPB Pusat

SendShareTweet
Previous Post

Media Kurang Angkat Persiapan Atlit NPC Papua

Next Post

Ini Alasan CPNS Formasi 2018 di Jayawijaya Tidak Terima Gaji Rapel

Next Post
Soal Penarikan 50 Ribu dari CPNS, Hironimus Huby: Itu Sudah Disepakati Bersama        

Ini Alasan CPNS Formasi 2018 di Jayawijaya Tidak Terima Gaji Rapel

Penunjukan Kepala Desa Oleh Kepala Daerah Penyebab Gagalnya Pembangunan Di Desa

Penunjukan Kepala Desa Oleh Kepala Daerah Penyebab Gagalnya Pembangunan Di Desa

Victor Yeimo Kesehatannya Memburuk, PH Minta Persidangan Ditunda

Victor Yeimo Kesehatannya Memburuk, PH Minta Persidangan Ditunda

Discussion about this post

Banyak Dibaca

  • Harga Beras Melonjak Saat Bencana, DPRD Jayawijaya Minta Pemda Kontrol

    Harga Beras Melonjak Saat Bencana, DPRD Jayawijaya Minta Pemda Kontrol

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemda Jayawijaya Diminta Siapkan Langkah  – langkah Pemulihan Pasca Banjir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • SMA Kristen Wamena Gelar Seminar P5 Dampak Pornografi Bagi Remaja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Noken Sambut Bayi Baru Lahir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Paus Fransiskus Minta Umat Mendoakan  Paus Emeritus Benediktus XVI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Connect with us

Nokenwene.com merupakan media publikasi bagi Jurnalisme Warga Noken yang digagas para sahabat jurnalis dan aktivis di Wamena, Papua

© 2017-2022 Nokenwene.com. All rights reserved.

No Result
View All Result
  • Polhukam
  • Pendidikan dan Kesehatan
  • Ekonomi
  • Seni dan Budaya
  • Perempuan dan Anak
  • Opini
  • Lainnya
    • Lingkungan
    • Pengungsi Nduga
    • Perjalanan
    • Jurnalis Cilik
    • Kopi Wamena
    • Sastra

© 2022 Nokenwene

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist