Oleh Soleman Itlay
Owasi-owasika atau Laga-lagaka adalah nama asli Rumput Mei dalam bahasa Hugula. Secara etimologis Owasi-owasika berasal dari kata; owasi dan eka atau laga-laga Eka. Owasi berarti berbau wangi atau harum. Sedangkan laga-laga berarti jalan-jalan terus. Sementara itu, eka artinya daun-dedaunan rumput.
Dengan demikian, Owasi-owasika merupakan tumbuhan berbunga yang memiliki kewangian atau keharuman. Bisa juga diartikan sebagai suatu tumbuhan yang mampu merambat kemana-mana (laga-laga).
Rumput Mei ini bukan tumbuhan asli di Wamena. Dia baru muncul sekitar 1970 memasuki 1980-an. Pada awal kemunculan, orang Hugula melihat Bunga Mei biasa saja, sehingga tidak menganggap rumput berwarna ungu sebagai bagian dari destinasi wisata yang saat ini akan menarik perhatian semua orang pada April hingga Juni. Orang Hugula sendiri sudah tahu bahwa rumput tersebut merupakan tumbuhan yang baru. Kemudian menyebutnya dengan nama Owasi-Owasika atau Laga-lagaka.
Rumput ini kalau mau dibilang, ia sudah cukup lama muncul di jantung tanah Papua. Namun masyarakat adat setempat tidak melakukan apa-apa. Mereka tahu dan mampu memberi nama sesuai fungsi dan manfaat dari pada rumput Owasi-owasika. Tetapi mereka tidak mampu mempublikasikan. Hal ini erat kaitannya dengan kelemahan akan keterbatasan akses pendidikan, pengetahuan, teknologi dan informasi.
Mereka kalah saing dengan orang luar yang notabene memiliki kemampuan dan keterampilan yang disertai dengan akses pendidikan, pengetahuan, teknologi dan informasi yang cukup mumpuni.
Kemudian, di media massa mulai tersohor sekitar tahun 2013 dan 2015. Tepat setelah Facebook, Instagram, Twitter, WhatsApp dan lainnya mulai banyak yang digunakan oleh semua orang.
Menurut beberapa sumber terpercaya, orang pertama yang mempublikasikan Owasi-owasika, adalah seorang fotografer bernama Silverster Korwa.
Buah eksotisme satu ini semakin tenar setiap bulan Mei. Katakan, setiap bulan Mei adalah bulan dimana Owasi-owasika “naik daun”. Belakangan ini, banyak orang mulai menjadikan bulan Mei sebagai ajang wisata yang paling indah, selain Festival Lembah Baliem yang diselenggarakan setiap bulan Agustus. Bulan Mei adalah bulan yang paling indah di “Kota Dingin”. Cocok kalau disebut bulan wisata alam yang paling menjanjikan di Indonesia.
Puncak Owasi-Owasika jatuh pada setiap bulan Mei. Setiap Mei tiba, di penggiran “Kota Dingin” selalu diwarnai dengan bunga dari bunga yang cukup langkah ini.
Secara umum rumput ini biasa tumbuh di atas permukaan tanah yang kering. Tumbuhan ini berakar dalam tanah. Dia mempunyai warna khas. Batangnya berwarna hijau di waktu muda. Tapi kalau sudah tua berwarna lain (cokelat) lantaran sudah kering. Sementara daun-daun berwarna hijau keabu-abuan. Yang paling menarik dari tumbuhan ini adalah bunganya yang berwarna ungu.
Fungsi dan Manfaat Dari Owasi-owasika
Berikut ini fungsi Owasi-Owasika bagi orang Hubula. Owasi-Owasika biasanya, kalau babi sakit demam atau dingin panas, masyarakat biasa potong rumput ini. Kemudian kasih masuk ke dalam kandang babi. Cara demikian, mampu membuat ternak babi tidak lagi menggigil. Bahkan mampu disembuhkan dari rumput ini dalam rentan waktu 1-5 hari. Selain itu, Owasi-Owasika juga dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Misalnya, untuk menutupi atap pagar atau atap pondok darurat. Semoga kelak bisa menjadi berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang patologi.
Nama yang sebenarnya dalam bahasa Hugula itu ada beberapa versi. Bagian sub suku Itlayhisage, bagian Pugima atas (gunung), biasanya disebut owasi-owasika. Owasi-owasika secara etimologis berasal dari tiga kata, yakni; owa, owasi dan eka. Owa artinya dirinya atau padanya (dalam konteks ini pada rumput atau bunga ini). Owasi berarti bau (harum dlst). Eka artinya daun. Dengan demikian, Owasi-owasika bisa dapat diartikan sebagai rumput atau bunga yang berbauh harum.
Momen Paling Sempurna
Sangat indah kalau tumbuh dan nampak dari tengah-tengah pepohonan yang hijau yang diliputi lembah dan pegunungan. Pemandangan paling indah biasanya terletak pada pagi hari yang penuh dengan embun pagi dari kota itu. Sore juga, pada saat senja hari akan tiba, tidak kalah penting.
Awal dan akhir sebuah hari antara April, Mei dan Juni, apalagi pada musim kemarau, pasti tempat-tempat dimana rumput Owasi-Owasika ini tumbuh, pasti sangat indah.
Tak heran kalau orang menyebut pagi dan sore hari pada bulan-bulan tersebut dikatakan bulan surga di Lembah Agung. Hal itu wajar saja. Karena memang pada bulan-bulan itu, Owasi-owasika selalu menawarkan keindahan alam yang cukup langkah di kota yang berbentuk wayang satu ini.
Pengunjung tidak akan pernah kesal jika berkehendak untuk mengabadikan momen tertentu bersama keluarga, orang yang kita kasihi dan kita cintai.
Setelah berkunjung, kamu boleh kembali. Entalah kemana saja. Tapi satu hal yang tidak akan pernah membuat kamu lupa adalah karena keindahan alam di kota sejuk pada bulan Mei.
Bagi orang yang pernah berkunjung, pasti akan kembali berkunjung. Tapi bagi orang yang belum pernah berkunjung, pasti ingin sekali untuk pergi menyisihkan paruh waktu hidupnya di kota itu. Tak sangka, banyak orang dari luar menetap disana, satu hal karena kesejukan, kesuburan, keramahan, kedamaian dan keindahan di kota tua itu.
Kamu tidak akan merasa sia-sia berkunjung di kota yang mempunyai air terjun dan pasir putih paling banyak itu. Kamu boleh saja dihantui oleh kedinginan dan embun di Lembah Agung itu. Namun itu tidak akan berarti apa-apa, jika bunga Mei ini bermekar di mana-mana. Kamu akan beruntung kalau berkunjung ke kota ini. Karena bisa menikmati dingin, embun, dan keindahan alam. Tak ada yang salah, jika kamu ingin mengabadikan momen dengan orang yang kamu kasihi dan cintai di Wamena pada bulan ini.
Jangan Takut
Kamu tidak perlu khawatir soal lokasi wisata atau tempat rumput Mei itu tumbuh. Paling penting adalah kamu mengatur jadwal dari jauh-jauh hari. Bila perlu bangun komunikasi dengan orang yang kamu kenal di Wamena. Tanyakan semua hal, termasuk lokasi yang kamu akan kunjungi atau akan diantar oleh kenalanmu sambil tetap menyiapkan camera dan peralatan lainnya.
Tak perlu ragu. Sendiri kesana juga tidak ada masalah. Jangan percaya stigma purba sangka sosial, seperti “orang Wamena itu jahat, suku minum mabuk, suka bentrok (perang), tukang curi dan lain sebagainya . Label-label seperti ini tidak benar. Kamu bisa tanya orang luar Wamena yang lahir besar dan tinggal lama disana. Mereka tahu siapa orang Hugula yang sebenarnya. Masyarakat disini sangat ramah. Tidak pernah menyebut orang baru itu musuh dan lainnya.
Mereka punya belas kasih tinggi. Stigma buruk sosial itu hanya dibangun oleh orang-orang yang tidak suka dan merasa terancam dengan kesatuan-persatuan dan komitmen orang Hugula. Mereka melancarkan itu hanya menakut-nakuti orang lain, suapaya orang tidak bergaul dengan orang-orsng setempat. Pergi saja. Jangan takut. Mereka bisa temani kamu sampai kapan pun. Bahkan bisa mengantarkan kamu di objek wisata yang ada disana. Tanpa imbalan juga mereka siap sedia. Paling penting adalah saling jujur, mengasihi satu sama lain dan tak berniat jahat.
Kawasan Wisata Rumput/Bunga Owasi-owasika.
Kamu cukup berkunjung ke Pugima, Parema, Wesaput, Megapura, Walesi, Gunung Susu, Pisugi, dan lainnya. Di situ adalah tempat-tempatnya. Anda bisa memilih ke mana saja dari semua tempat itu. Yang jelas di situ adalan kawasan atau tempat dimana rumput Mei itu muncul setiap bulan Mei tiba.
Ajak orang yang kamu kasihi dan cinta. Abadikan momen terpenting bersamanya. Bunga Mei pun bakal bisa memikat hubungan kamu lebih erat dan kokoh. Alam semesta dan Tuhan pun pasti akan berkenan.
Tolong perhatikan
jika kamu berkunjung kesana dan hendak mengupload foto di media masa, tolong gunakan nama Rumput Mei dengan sebutan “Owasi-owasika. Itu akan menjadi sebuah penghormatan bagi alam semesta, Tuhan maha pencipta kosmos dan manusia Hugula.
Kami lebih senang ketika kamu mengakui dan menghargai segala sesuatu yang ada sebelum segala sesuatu yang lain ada. Leluhur kami, Astralo Melanosoid pasti akan lebih senang sama kamu karena pengakuan dan penghormatanmu. Tuhan Allah pun pasti akan berkenan di hati-Nya karena melakukan sesuatu yang berkenan di hati-Nya. Kami akan bangga. Pasti.
Penulis adalah masyarakat Papua di Jayapura.