
Wamena, nokenwene.com – Momentum pekabaran Injil pada 5 Februari 1855 di Pulau Mansinam Manokwari oleh dua penginjil Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler, harus menjadi semangat pekerjaan pelayanan, panggilan dan pengabdian bersama di tanah Papua, melalui perayaan hari ulang tahun (HUT) Pekabaran Injil ke – 164, tahun 2019 ini
“Semangat tekad yang ada pada Carld Wiliam Ottow dan Johan Godlof Geissler 5 februari 1855, itu harus menjadi semangat pekerjaan pelayanan, panggilan dan pengabdian bersama” ujar Ketua Klasis GKI Baliem Yalimo, Pdt. Abraham Ungirwalu pada dialog di RRI Wamena, jelang HUT PI, senin, 04/02/19
Karena kata Pendeta, kedua rasul yaitu Ottow dan Geissler sesungguhnya tidak ada hubungan apapun dengan orang Papua juga Indonesia bahkan ras Asia, tetapi punya tekad dan semangat yang tinggi dan rasa kecintaan untuk membangun orang Papua maka hanya dengan kapal layar berlabu di Mansinam, Manokwari
“Ottow – Geissler bukan orang ras melanesia, bukan orang indonesia, bukan asia. dan disitulah mereka mewujudkan bahwa, demi oranng Papua meninggalkan keluarga, meninggalkan semua kesenangan, hanya untuk membangun dan memanusiakan orang Papua” Ujar Ungirwalu.
Semangat Ottow dan Geissler lainnya yang harus ditanamkan bersama adalah, keduanya relah tinggal dan hidup bersama-sama dengan oranng Papua tanpa menerima imbala apapun dari orang Papua
“mereka datang (hanya) untuk mengajar, melayani bagaimana mengatur cara hidup sehat, seluruh jiwa raganya mereka kasih untuk orang Papua tanpa memikirkan feet back dari orang Papua” lanjut Pdt. Ungirwalu dalam dialog RRI Wamena bertajuk, pekerjaan injil menyemangati karya dan kerja GKI.
Oleh karena itu lebih jauh kata Ketua Klasis GKI Baliem Yalimo, semnagat pekabaran injil yang dilakukan oleh Ottow dan Geissler 164 tahun itu harus menjadi tekad dan semangat pengabdian kita bersama di tanah Papua ini
“Sesama orang indonesia saja tidak bisa saling melayani, sesama orang Papua saja tidak bisa melayani Orang Papua . Ottow dan Geisler bukan orang Indonesia, bukan orang Melanesia, mereka orang Eropa tapi bagaimana sunggu-sunggu mengasihi orang Papua, semangat itulah yang seharusnya kita harus mengidupkannya dalam mensyukuri HUT PI ke- 164 ini” ajaknya.
Sementara itu, Yafet Saroy, salah satu tetua GKI di lembah baliem mengatakan, nilai rohani yang terpancar dari dua perintis injil Ottow dan Geissler harus di pahami oleh gereja di Lembah Baliem dan menyebarkannya ke seulur pelosok. Pekabaran injil tidak ada batasnya, ia akan terhenti ketika “Tuhan Datang “ atau Kiamat
“Dengan Doa yang dititipkan lewat para perintis itu, tentu umat GKI khusunya di lembah baliem ini dapat memahami dan melanjutkan suaranya. Ini adalah tanggung jawab” kata Saroy.
Discussion about this post