Wamena, nokenwene.com – Kabid Pelembagaan PUG, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB Provinsi Papua, Adeltje V.S. Pekade, mengatakan, pemehaman tentang kesetaraan gender tidak hanya untuk dilingkungan masyarakat, akan tetapi di lembaga pemerintahan juga penting untuk memiliki pemahaman tersebut.
Hal tersebut disampaikan, Adeltje Pekade, pada sesi penyampaian materi pada sosialisasi pengarusutamaan gender yang digelar Dinsos Provinsi Papua Pegunungan, senin (27/04/2025) di Wmanea.
Adeltje Pekade mengatakan, mengapa strategi pengarusutamaan gender wajib untuk dilakukan di setiap SKPD, Kalau gender tidak dipahami bagaimana strategi pengarusutamaan gender (PUG) betul-betul mendarat di SKPD.
“Mengapa? Karena strategi PUG dia masuk dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, penganggaran, monitoring, evaluasi dan pelaporan seperti itu. Lalu kenapa SKPD pengarusutamaan gender? karena SKPD yang punya perencanaan program dan anggaran. Sasaran SKPD untuk siapa? Untuk masyarakat yang dituju.” katanya.
Adeltje Pekade mengatkui jika, ketidakadilan, diskriminasi masih terjadi kepada kelompok rentan seperti kelompok orang miskin dan perempuan. “Dalam hal ini IPM perempuan yang rendah dalam bidang pendidikan, kesehatan tingkat kematian ibu tinggi dan ekonomi seperti itu,” jelasnya.
“Jadi kelompok-kelompok di masyarakat mengalami ketidakadilan dan kerentanan, sebenarnya pembangunan ditunjukkan untuk mereka itu, supaya merasakan manfaat yang setara dan adil, Tetapi di provinsi Papua Pegunungan rata-rata masih jauh tertinggal” katanya.
Untuk itu, pemaknaan gender sangat penting dan strategi. PUG harus masuk ke semua untuk ada keadilan dan kesetaraan yang akhirnya kesejahteraan dirasakan dengan baik, bagi seluruh masyarakat secara setara dan adil.
“Sehingga setiap SKPD melakukan literasi pendidikan, ekonomi, hukum dan kesehatan dengan itu akan merasakan dampak,” ungkapnya.
Pekade menuturkan, tetapi budaya patriarki menjadi tantangan, memang untuk ingin menghapuskan tidak mudah tetapi, paling tidak memberikan pemahaman secara berlahan tetapi pasti memahami seperti itu.
“Budaya tidak semuanya tidak baik, ada budaya yang baik harus tetap dipertahankan, tetapi kalau ada budaya yang tidak bagus membuat diantara satu jenis kelamin itu merasa tertindas dan tidak adil, kenapa harus dipertahankan,” tuturnya.
Dia mengatakan, karena kita ingin mencapai sesuatu yang baik, aman dan hidup sejahtera. Apakah kita ingin hidup terus dengan kondisi yang tidak baik kan tidak mungkin. Contohnya sistim kepemimpinan kepala suku dengan kekuasaannya kuat seperti itu.
Lebih lanjut Pekade mengatakan, hal ini pelan tetapi pasti diberikan pemahaman yang baik, hidup dalam rumah tangga dan keluarga, gender itu saling menghargai, menolong, mendukung dan membantu.
“Pemahaman kesetaraan gender dalam keluarga baik, maka berperan diluar seperti dunia kemasyarakatan dan dunia publik akan terbiasa dalam kehidupan bermasyarakat saling menghargai seperti itu,” tutupnya. (*)
Pewarta: Obock I. Silak / JW Noken Wamena*