Wamena,nokenwene.com – Selain menciptakan perdamaian antara suku dari perang suku di Wamena, Papua Pegunungan, perang suku juga terjadi karena perempuan ketika di bawa lari oleh laki – laki suku lain.
Keterangan itu di sampaikan oleh kepala distrik maima kabupaten Jayawijaya, Irman Mulait, ketika di temui nokenwene.com di Wamena, Selasa (8/8/2023) usai menampilkan atraksi perang – perangan dengan judul “weny, he ukum (perang masalah perempuan)” .
Pada umumnya, di Wamena dikenal sebagai daerah perang suku. Namun penyebab terjadinya perang itu sendiri sangat bervariasi. Sala satunya yang terjadi perang suku di Wamena, Kabupaten Jayawijaya itu adalah kerana perebutan perempuan.
Irman Mulait, yang juga Kepalah Distrik Maima Mengatakan pihaknya menampilkan atraksi dengan judul “he ukum (masalah perempuan) ” yang terjadi antara suku Mulait-Wetipo dan Mulait – Lokobal untuk tampilkan di Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB).
“Jadi, ceritanya istrinya dari suku mulait – lokobal, di bawa kabur oleh suku mulait – wetipo. Nah, akhirnya setelah terjadi itu, kemudian suatu waktu suami (suku malait – lokobal) dari si perempuan itu sedang mata-mata dan kedapatan laki-laki (suku malait – wetipo) dan langsung lakukan aksi serang hingga menewaskan laki-laki dari suku mulait -wetipo” katanya.
“Kemudian, salah seorang yang mendatangi pelaku yang kemudian menjadi korban itu, langsung melarikan diri dan lapor kejadian itu ke keluarga korban di suku malait – lokobal dan akhirnya terjadilah perang suku, ” Jelas Irman Mulait.
Lebih jauh, kata Irman Mulait, bahwa atraksi itu ditampilkan bukan untuk mengajak para generasi sekarang untuk berperang lagi, tetapi menyampaikan kepada publik bahwa orang-orang tua kita dulu perang karena perempuan. Sehingga generasi sekarang tidak boleh lagi lakukan hal yang sama.
“Kita cuma sampaikan fakta yang terjadi dulu di orang-orang tua kita. Agar generasi sekarang tidak saling mengganggu istri orang lain dan lainnya, ” terang Mulait.
Atas atraksi perang – perangan yang telah di tampilkan oleh masyarakat Maima , Irman Mulait selaku Kepala Distrik mengaku optimis untuk meraih juara karena telah mengikuti kriteria yang suda di tentukan oleh panitia, sala satunya perhiasan tubu yang digunakan benar -benar pakaian asli budaya Wamena.
“Kami optimis bahwa kami akan masuk juara satu karena dasarnya semua kriteria yang di keluarkan oleh panitia bahwa harus pakaikan busana tradisional, akhirnya hiasan kami dari atas sampai bawa itu semua tradisional dan asli punya, ” ucap Irman.
Lanjut Irman, peserta atraksi perang Distrik Maima tidak mengenakan akesoris seperti bulu ayam dan lainnya yang tidak termasuk dalam kategori busana asli, tapi kami pake yang asli semua dan tampilkan cerita yang fakta, ” Kata Mulait.
Ditempat yang sama, Edy Lokobal selalu ketua panitia atraksi lokal Distrik Maima, menjelaskan bahwa semua pertunjukan dalam kegiatan Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) itu siap untuk Distrik Maima ikut terlibat .
“Iya, jadi kami suda siap semua dan awalnya itu kami suda tampil atraksi perang – perangan, yang berikut karapan babi, sikoko dan puradan, permainan musik pikon dan karapan babi. Semua suda siap di tampilkan, ” Kata Lokobal.
Kegiatan Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) ke-31 tahun 2023 yang di pusatkan di Distrik Usilimo Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua Pegunungan itu, secara resmi di buka oleh Kementerian Parawisata dan Ekonomi Kreatif, Kurleni Ukar dan Staf Ahli Menteri Bidang Birokrasi dan Regulasi,pada Senin (07/08/2023).
Dan FBLB yang ke-31 Tahun 2023 itu mengangkat thema “Merangkai Hati, Merajut Kasih Lestarikan Budayamu, Itulah Jati Dirimu”
“Ini adalah iven yang kebanggaan masyarakat Jayawijaya, dan tahun ini, masuk ke dalam Kharisma Iven Nusantara bersaing dengan 110 iven lainnya se Indonesia. ,” kata Kurleni Ukar.(*)
Pewarta: Onoy Lokobal / Jurnalis Warga Noken Wamena*