Insentif pegawai bisa meningkatkan semangat kerja ASN, tetapi ketika ASN malas juga mendapatkan insentif serupa maka insentif itu jadi makanan bagi berkembangnya virus kemalasan.
Oleh Pato
Pemegang peranan terutama dalam upaya pemulihan Yahukimo adalah Pemerintah Daerah di bawah komando Bupati Bapak Didimus Yahuli dan Wakil Bupati Bapak Esau Miram.
Sebagai pemimpin tertinggi di Yahukimo, Bapak Didimus Yahuli dan Bapak Esau Miram tentu mengharapkan pemulihan yang dimimpikan itu terwujud. Beban untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat berada pada pundak keduanya.
Untuk menjalankan peran melayani masyarakat, keduanya memimpin barisan para Aparat Sipil Negara (ASN) hingga pemerintahan terendah di tingkat Desa. Mulai dari pemerintahan kampung, para guru, petugas kesehatan hingga para kepala dinas berada di bawah pimpinan keduanya.
Maka layanan publik yang terjadi di tengah masyarakat menggambarkan kinerja kedua pemimpin tersebut. Jika layanan publik berjalan baik, kepemimpinan keduanya sukses. Demikian pun sebaliknya.
Sayangnya keduanya memimpin di Kabupaten dengan kondisi pelayanan publik yang kurang baik selama bertahun-tahun. Sekolah dan puskesmas bertahun-tahun tidak aktif, desa-desa hingga distrik tak ada pemimpin hingga kantor-kantor dinas yang juga tidak semua pegawainya aktif.
Sudah jadi rahasia bersama kalau cukup banyak ASN di Yahukimo yang tidak aktif. Bukan tidak aktif sehari atau seminggu saja, tetapi bisa berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Tetapi tidak pernah ada satu pun ASN di Yahukimo yang diberhentikan karena itu. Malahan, gaji dan insentif terus diterima para ASN yang malas.
Dengan kondisi demikian, pemulihan menjadi kata yang tepat untuk melakukan perubahan terhadap layanan publik di Yahukimo. Namun apakah setelah hampir dua tahun memimpin, pemulihan itu sudah terjadi?
Hentikan Perkembangan Virus Malas
Kemalasan para ASN sudah semacam virus yang bisa menyebar ke para ASN lainnya. Virus yang dibiarkan cenderung untuk berkembang biak dan menyebar ke mana-mana. Virus ini akan semakin berkembangbiak dan menyebar ketika mendapatkan asupan makanan yang cukup dan tidak dihentikan.
Sama halnya dengan virus, kemalasan para ASN di Yahukimo pun menyebar. Hal ini disebabkan oleh pembiaran yang berlangsung lama. Selain itu, para ASN yang malas itu pun mendapatkan asupan makanan yang sama dengan ASN yang rajin.
Meskipun ada ASN yang malas dan tidak bekerja selama berbulan-bulan hingga tahun, mereka tetap mendapatkan gaji bahkan insentif yang sama dengan ASN yang rajin. Gaji dan insentif ini adalah makanan yang membuat ASN dengan virus malas semakin malas. Selain itu bisa mempengaruhi ASN yang rajin untuk menjadi malas juga.
Logika sederhananya, kalau orang malas bisa mendapatkan gaji dan insentif tanpa harus bekerja, bukankah lebih enak kalau ikut malas juga.
Menghadapi kondisi kemalasan ASN yang sudah berlangsung lama, Bupati dan Wakil Bupati perlu mengambil jalan yang bisa mendorong terjadinya pemulihan tersebut. Virus kemalasan tidak boleh dibiarkan tetapi harus segera dibersihkan sebelum semakin berkembang dan semakin sulit diatasi pula.
Untuk itu salah satu model pengawasan yang bisa ditawarkan kepada Pemda Yahukimo adalah mengubah insentif pegawai menjadi tunjangan kinerja. Artinya pemerintah hanya akan membayar tunjangan untuk ASN sesuai kinerja yang ditunjukkan oleh setiap ASN.
Pemerintah mesti berani memulai hal itu jika ingin melakukan perubahan. Mulailah dengan membuat alat ukur kinerja bulanan setiap ASN dengan hasil yang jelas.
Dengan itu, para ASN pun akan berlomba-lomba untuk bekerja dan bekerja secara serius untuk menghasilkan keluaran yang baik sesuai alat ukur kinerjanya. Jika itu berjalan, maka akan ada dana sisa yang sangat besar karena ASN yang malas tetapi juga hasil kerja pun lebih kelihatan.
Selain mengubah insentif menjadi tunjangan kinerja, mesti ada pula hukuman bagi ASN yang tidak bekerja. UU ASN jelas memberi peluang kepada pemerintah untuk memberi sanksi bahkan memecat ASN yang malas.
Andai saja Bupati dan Wakil Bupati berani memecat cukup 1 ASN yang bertahun-tahun tidak aktif, efek jeranya akan membuat pemerintahan di Yahukimo hidup karena kantor-kantor hingga sekolah dan puskesmas akan ramai oleh pegawai yang bekerja melayani masyarakat.
Efek jera bisa juga timbul jika sistem upacara bendera setiap Senin dan Kamis diubah. Upacara Bendera tidak lagi dilakukan terpusat di Kantor Bupati, tetapi di setiap OPD. Setiap OPD membuat upacara bendera sendiri atau bersamaan dengan OPD yang berada di lingkungan yang sama atau berdekatan.
Sementara Bupati, Wakil Bupati dan Sekda melakukan sidak ke berbagai OPD. Dengan itu, Bupati dan Wakil Bupati tidak perlu susah setiap Senin dan Kamis menghitung jumlah ASN di tiap OPD tetapi tak ada perubahan yang terjadi.
Dalam Upacara Bendera di tiap OPD pun, Bupati, Wakil Bupati dan Sekda bisa sekalian memeriksa pelayanan dan kinerja hingga mendengar masukkan dan tantangan yang disampaikan oleh ASN di tiap OPD.
Dengan jalan itu, yakinlah bisa terjadi pemulihan di kabupaten Yahukimo ini. Sebaliknya, jika tidak melakukan langkah-langkah tersebut, percayalah bahwa semangat pemulihan hanya sebagai pemanis bibir.