Niat mengikuti jejak kelompok Duku Sunu dalam beternak Ayam Potong, Natan Sama mengumpulkan modal usaha dengan berjualan keliling Dekai
Oleh Tim Nokenwene
Dekai,nokenwene.com—Ketika matahari mulai muncul di ufuk Timur Dekai kabupaten Yahukimo, ia telah sibuk memasang boks di atas motornya. Dengan karet bekas ban dalam motor, ia dengan telaten mengikat boks berukuran kira-kira 1 x 1/2 meter.
Setelah boks tersebut kokoh di jok bagian belakang motornya, ia menghidupkan mesin motor dan meluncur cepat ke arah Logpon. Kemudian berbelok ke kompleks Gereja Katolik Santo Yosef Dekai. Ia berhenti di halaman kandang ayam potong milik kelompok peternakan percontohan Duku Sunu Dekai Farm.
Natan Sama, pemuda berusia 28 tahun tersebut disambut Om Linus, penjaga kandang yang sedang memberi makan ayam potong pagi itu. Setelah menimbang berat ayam, Om Linus menyerahkan kepada Natan yang langsung memasukan ayam-ayam hidup ke dalam boks.
Pemuda asal Kampung Solinggul Distrik Walma di Kabupaten Yahukimo tersebut mulai menghidupkan kembali mesin motornya dan membawa ayam potong keliling kota Dekai.
“Harus jalan pagi-pagi sebelum masyarakat keluar rumah untuk kegiatan lain,” ungkap Natan.
Pria lulusan ilmu Komputer dari Universitas Bosowa Makasar tersebut mulai menggeluti usaha jualan ayam keliling sejak awal November 2022 lalu.
Ia menempuh cara ini untuk mengumpulkan modal usaha peternakan ayam potong yang sudah direncanakannya beberapa waktu lalu.
Rasa Yang Menggugah
Keinginannya untuk membuka usaha peternakan ayam potong bermula ketika ia mendatangi tempat awal kelompok peternakan Duku Sunu membuat percobaan memelihara ayam potong.
“Waktu itu saya kebetulan saja datang bertemu kaka untuk tanya tentang penulisan berita,” kata pemuda yang juga menjadi anggota kelompok Jurnalis Warga Sagu Yahukimo.
“Saat masuk rumah, saya heran karena ada banyak ayam potong yang berdesakan di kandang sempit. Saya langsung beli satu ekor,” kenang Natan.
Sejak melihat kondisi ayam yang segar dan gemuk itulah, Natan mulai bertanya-tanya penasaran. Ia tidak lagi bertanya tentang penulisan berita tetapi sibuk dengan tema tentang ayam.
“Namun saat itu, karena masih tahap percobaan jadi belum banyak hal yang dijelaskan,” tambahnya.
Dengan membawa ayam hidup, Natan kembali ke rumahnya di depan kompleks PJPR untuk dimasak bersama keluarga.
“Karena rasanya enak dan dagingnya mirip ayam kampung, keluarga minta saya pergi membeli lagi. Ternyata saya orang pertama yang membeli ayam potong kelompok Duku Sunu ini,” ceritanya bersemangat.
Kekurangan Modal
Sejak merasakan daging ayam potong produksi asli Dekai tersebut, Natan mulai jatuh cinta pada usaha peternakan ayam potong. Hal ini semakin meningkat karena cara beternak ayam potong kelompok Duku Sunu ini tidak menggunakan obat-obatan kimia.
“Selain karena dagingnya enak, waktu pemeliharaannya hanya sebulan lalu tidak pakai obat kimia lagi. Ini potensi usaha yang bagus sekaligus sehat untuk kita konsumsi,” jelasnya.
Sejak itu, Natan mulai belajar tentang metode peternakan ayam potong. Ia meluangkan waktu untuk datang ke kandang Duku Sunu untuk melihat atau bertanya-tanya tentang cara beternak ayam potong.
Bahkan sejak Duku Sunu membangun kandang di kompleks Gereja Katolik, Natan beberapa kali bergabung untuk belajar model kandang dan membantu sebisanya. Ia bertanya-tanya tentang prospek peternakan ayam potong dari aspek analisa bisnis.
Selain tentang cara pelihara dan analisis bisnisnya, Natan mulai menggali potensi pasar. Ia bertanya-tanya kepada pengusaha rumah makan terkait kebutuhan ayam potong setiap harinya.
“Usaha ini luar biasa potensial karena saat saya tanya-tanya di warung makan, rata-rata setiap warung makan menghabiskan minimal 10 ekor ayam potong tiap hari,” jelasnya.
Pasaran ayam potong masih sangat potensial di Yahukimo. Selama ini kebutuhan ayam potong dipenuhi dengan mendatangkan ayam dari Jayapura, Timika bahkan dari Surabaya.
Jika ada 50 warung makan saja di Dekai, maka setiap hari dibutuhkan 500 ekor ayam. Sementara kelompok Duku Sunu memiliki kandang dengan kapasitas maksimal 600 ekor.
Natan semakin tergerak untuk memulai usaha ayam potong. Keseriusannya membangun usaha semakin jelas ketika awal tahun 2022 lalu, Natan membeli kayu dan mulai membangun kandang ayam potong. Dengan modal seadanya, ia pun menyelesaikan kandang ayam untuk kapasitas 200 ekor ayam potong.
Namun rencananya harus berhenti sejenak. Ketiadaan modal membuatnya tidak bisa mendatangkan anak ayam (DOC) untuk mengisi kandangnya.
Sebagai pemuda tanpa penghasilan tetap, ia mulai mencari cara mengumpulkan dana untuk menjadi modal awal usaha ayam potong. Dari situlah ia melihat peluang menjual ayam potong hidup keliling Dekai.
Natan pun mulai menjajaki pasaran ayam potong keliling Dekai sejak awal November 2022 lalu. Ketika aktivitas di kota Dekai belum ramai, ia telah ke kandang ayam Duku Sunu untuk mengambil ayam dan berkeliling Dekai.
“Setiap hari bisa laku 15 sampai 20 ekor. Tetapi ke depan bisa lebih banyak lagi kalau keliling ke banyak tempat,” ucap Natan.
Selain membawa ayam hidup, Natan pun membawa sejumlah Nanas hasil dari kebun milik keluarganya untuk dijual.
Hasil usaha jualan ayam dan nanas keliling kota Dekai ini ia kumpulkan untuk menjadi modal membeli DOC dan pakan ayam. Natan ingin mulai dengan 100 ekor ayam dulu. Namun mimpinya tetap tinggi. Ia ingin suatu saat nanti bisa membuka kandang ayam potong yang lebih besar.
“Saya akan mulai Januari ini dengan 100 ekor ayam dulu. Semoga nanti bisa membuka kandang yang lebih besar,” ceritanya.
Untuk itu, Natan berharap pemerintah Yahukimo bisa membuat regulasi yang mendukung usaha peternakan ayam di Dekai.
Menurutnya, pemerintah perlu mulai membatasi ayam potong beku dari luar Yahukimo sehingga usaha masyarakat bisa berkembang dan perputaran uang di Dekai meningkat.
“Usaha seperti ini butuh dukungan Pemda dengan aturan pembatasan ayam es dari luar. Kalau ada pembatasan itu, pasti usaha peternakan warga berkembang dan bisa menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat Yahukimo. Selain itu, perputaran uang di Yahukimo juga meningkat,” harapnya.
Duku Sunu, Perintis dan Kelompok Percontohan
Sejak awal kabupaten Yahukimo berdiri, belum ada orang yang secara serius beternak ayam potong di Dekai. Pernah ada orang yang beternak ayam potong sebanyak 100 ekor, namun kemudian berhenti.
Ketika kelompok Duku Sunu mulai membangun kandang, beberapa informasi beredar bahwa Dekai tidak cocok untuk beternak ayam potong.
Ketua kelompok Duku Sunu Dekai Farm, Wesa Kosai menjelaskan bahwa pihaknya sempat ragu karena adanya informasi seperti itu. Namun karena percobaan di tempat sempit sukses, maka Duku Sunu nekat membangun kandang.
“Kami mulai usaha ayam potong ini karena dua alasan. Pertama untuk membuktikan kepada pemerintah dan masyarakat Yahukimo bahwa ayam potong bisa dipelihara di Dekai,” ungkap Wesa Kosai, Ketua kelompok Duku Sunu Dekai Farm.
Selain itu, Wesa menjelaskan Duku Sunu membuat kandang di Kompleks Gereja Katolik Santo Yosef Dekai agar masyarakat bisa dengan mudah datang dan melihat serta belajar.
“Kedua adalah usaha kelompok Duku Sunu ini adalah untuk menjadi percontohan. Jadi masyarakat yang ingin belajar bisa datang di kandang,” tambah mantan Ketua Orang Muda Katolik Santo Yosef Dekai ini.
Untuk mendorong minat masyarakat Dekai dalam beternak ayam potong, kelompok Duku Sunu mengajak beberapa masyarakat untuk mulai beternak.
“Kami juga membuat pelatihan tentang beternak ayam potong secara organik. Harapannya ada masyarakat yang mau mulai beternak dan kami dari kelompok Duku Sunu bersedia mendampingi secara gratis dalam masa awalnya,” tambah Wesa.
Ketika Natan membangun kandang, kelompok Duku Sunu dengan senang memberikan informasi tentang model kandang yang perlu dibangun.
Kini, Duku Sunu siap mendampingi Natan ketika bibit ayam telah tersedia.
Pewarta: Tim Nokenwene