Oleh Pato
Bupati Didimus Yahuli dan Wakil Bupati Esau Miram mengusung semangat pemulihan dalam memerintah kabupaten Yahukimo.
Pilihan kata pemulihan yang hendak mencerminkan semangat kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati ini tentu ada alasannya. Sudah pasti juga keduanya telah melakukan kajian dan analisis tentang apa yang menjadi sasaran semangat pemulihan itu.
Tentu saja ada banyak hal yang ingin dilakukan keduanya untuk membawa kabupaten dan masyarakat Yahukimo menuju kondisi Damai Sejahtera sebagaimana motto kabupaten Yahukimo. Namun kita bisa melihat fokus kedua pemimpin tersebut dalam tiga visi utama yang ingin dicapai selama menduduki tampuk kekuasaan di Yahukimo.
Tiga visi utama yang ingin dicapai keduanya adalah Yahukimo Sehat, Yahukimo Cerdas dan Yahukimo Mandiri. Ketiga visi tersebut selain menunjukkan harapan akan Yahukimo yang Sehat, Cerdas dan Mandiri pada masa mendatang, sekaligus menunjukkan bahwa ada persoalan dalam ketiganya sehingga perlu mendapatkan perhatian serius.
Terkait tiga fokus ini, kita tidak butuh penelusuran mendalam untuk menemukan masalahnya. Jika kita menoleh ke kampung-kampung di pedalaman Yahukimo hingga pinggiran kota Dekai, cukup mudah menemukan puskesmas, puskesmas pembantu hingga posyandu yang tidak memiliki tenaga kesehatan.
Demikian pun dengan dunia pendidikan. Ada banyak sekolah yang bertahun-tahun tidak aktif karena tidak ada guru. Tak terhitung jumlahnya anak-anak Yahukimo yang akhirnya kehilangan cita-cita karena tidak mendapatkan pendidikan.
Sementara dari aspek kemandirian, bisa dibilang masyarakat di kabupaten ini hidup di atas tanah yang sangat kaya namun memakan dan menggunakan barang yang hampir semuanya didatangkan dari luar Yahukimo bahkan dari luar Papua. Yahukimo bahkan hampir tidak punya produk yang dijual keluar Yahukimo selain hasil tambang emas yang belum memberikan pendapatan untuk pemerintah dan kopi yang baru mulai mencari pasarnya.
Untuk mencapai tiga visi utama tersebut, pemerintah saat ini membentuk satuan tugas Yahukimo Sehat, Satuan Tugas Yahukimo Cerdas serta membuka lahan sawah berhektar-hektar dengan target menjadikan Yahukimo sebagai lumbung Pangan provinsi Papua Pegunungan.
Di atas kertas ketiga program itu sungguh memberi harapan besar. Dalam prakteknya, ada banyak hal yang masih berjalan dengan semangat lama dan bukan semangat pemulihan.
Dalam dua tahun ini misalnya, Satgas Yahukimo Sehat baru pergi ke puskesmas-puskesmas saat hampir tengah tahun. Sementara Satgas Yahukimo Cerdas, ada sebagian kelompok yang pergi sejak awal tahun, namun banyak juga yang tinggal di Dekai berbulan-bulan lamanya menantikan jadwal dikirim ke tempat tugas. Padahal biaya program untuk dua Satuan Tugas ini adalah untuk 12 bulan.
Pertanyaannya apakah pemda menggaji anggota satgas selama 12 bulan atau hanya saat ia mulai bekerja? Kalau ya, mengapa pemda membiayai orang ketika tidak bekerja? Jika tidak, apakah ada sisa anggaran untuk biaya honor anggota satgas yang beberapa bulan belum bekerja?
Tulisan ini, akan terlalu panjang jika harus membahas tentang anggaran tersebut. Mari kita berharap inspektorat dan DPRD untuk mencermati hal itu hingga nanti diaudit BPK.
Sebelum ke visi Yahukimo Mandiri dengan target lumbung pangan, mari kita melihat kedua satgas ini bekerja dan persoalan di dalam pemerintahan.
Pada prinsipnya, kedua satgas tersebut dibentuk untuk membantu para ASN di bidang kesehatan dan pendidikan yang selama ini kurang aktif atau bahkan tidak aktif. Alasan para ASN itu banyak sekali untuk diulas. Mulai dari aspek keamanan, tak ada fasilitas pendukung, kesulitan bama dan lain sebagainya sehingga ASN enggan tinggal dan bekerja di pedalaman.
Yang jadi pertanyaan, mengapa kedua satgas itu bisa bertahan hidup di pedalaman dengan kondisi dan persoalan yang sama? Tentu saja alasan-alasan yang dipakai ASN itu gugur dengan sendirinya. Artinya para ASN pun mestinya bisa hidup dan bekerja di pedalaman seperti anggota Satgas. Lalu kenapa selama ini bahkan sejak ada satgas para ASN tetap merasa nyaman untuk tidak pergi ke tempat tugasnya?
Jika kita mau jujur pun, bukan hanya ASN yang bekerja di pedalaman yang tidak aktif, ada banyak juga ASN di Dekai yang kurang aktif. Kalau demikian, masalahnya di mana?
Secara sederhana, saat ini satgas Yahukimo Cerdas dan Yahukimo Sehat yang menjadi ujung tombak pemulihan dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Padahal status mereka ini adalah tenaga pembantu tugas ASN. Masalah utama yang harus dipulihkan adalah ASN yang malas.
Karena itu, pemulihan mesti menyentuh juga pada persoalan ASN yang malas. Satgas hanyalah pembantu, ASN yang utama. Satgas nantinya akan berakhir namun ASN akan tetap ada. Pengadaan Satgas bukanlah untuk menghilangkan tanggung jawab ASN tetapi sebagai pembantu untuk meningkatkan kinerja pelayanan pemerintah ketika tenaga ASN masih kurang.
Kontrol Sosial Masyarakat
Untuk itu peran masyarakat sangatlah penting. Masyarakat tidak pernah boleh membiarkan kondisi ASN malas itu berlangsung terus. Masyarakat mesti melakukan kontrol di kampung-kampung.
Ketika ASN tidak ada di puskesmas atau sekolah atau bahkan di kantor distrik, masyarakat mesti mempertanyakan itu kepada Bupati dan Wakil Bupati. Bisa jadi, Bupati dan Wakil Bupati tidak tahu ada ASN yang malas sehingga sekolah dan puskesmas tidak aktif atau kantor distrik tak ada pelayanan.
Mestinya Kepala Distrik dan jajarannya menjadi perwakilan pemerintah di setiap distrik dalam memastikan pelayanan publik baik itu kesehatan maupun pendidikan dan lainnya berjalan. Namun kita tahu bersama pula bahwa distrik-distrik pun hanya ada kantor.
Selain melakukan kontrol terhadap pelayanan publik, masyarakat pun berperan memastikan bahwa para ASN tersebut diterima dan nyaman. Ini tentu hanya terjadi jika ASN atau anggota Satgas bisa bersosialisasi dan membaur dengan masyarakat.