Dekai,nokenwene—Yuliana Pohwain akan memimpin Gereja Katolik Santo Yosef Dekai hingga 24 Oktober 2024. Pohwain menggantikan Dyonisius Ndawang yang telah memimpin Gereja Katolik stasi Santo Yosef Dekai selama dua periode sejak tahun 2016 lalu.
Pergantian posisi ketua Wilayah atau Stasi Santo Yosef Dekai ini dilakukan dalam misa kudus yang dipimpin oleh RD. Karolus Kune Boruk, pastor Paroki Kristus Penebus Hepuba.
Dalam sambutannya, Yuliana Pohwain menyampaikan Terima kasih atas kepercayaan umat gereja Katolik Dekai.
“Saya mengucapkan terimakasih atas kepercayaan umat bagi saya untuk memimpin umat di Wilayah Santo Yosef Dekai ini ke depannya,” ungkap Pohwain.
Pohwain menambahkan bahwa meski dirinya seorang perempuan dan masih baru di Dekai, umat Katolik mempercayakan dirinya untuk memimpin.
“Mungkin ada umat yang belum percaya bahwa saya orang baru di sini dan seorang perempuan tetapi dipilih untuk memimpin. Yang jelas tidak ada yang mustahil bagi Tuhan,” tambah Pohwain.
Pohwain berharap agar semua pengurus wilayah hingga kategorial bisa bekerja sama untuk membangun kehidupan bersama dalam Gereja Katolik Dekai.
“Saya mengajak semua pengurus wilayah Dekai bisa bekerja sama membangun kehidupan iman umat di Dekai ini agar menjadi garam dan terang bagi sesama,” harap Pohwain.
Umat Gereja Katolik Wilayah Santo Yosef Dekai memilih empat orang pengurus Wilayah. Tiga dari empat pengurus tersebut adalah perempuan.
Selain Yuliana Pohwain sebagai ketua wilayah, umat Katolik pun memilih Oktavianus Sailendra sebagai sekretaris Satu, Santy Daryanto Sebagai sekretaris Dua dan Agnes Suliana sebagai Bendahara.
Sementara itu, Dyonisius Ndawang dalam sambutannya mengungkapkan bahwa memimpin dalam gereja sangat berbeda dengan memimpin dalam pemerintahan.
Dalam pemerintahan, uangnya telah disediakan tinggal melakukan pembangunan dan program yang direncanakan.
“Kalau dalam pemerintahan, negara sudah menyiapkan uang, tinggal membangun dan melaksanakan programnya. Dalam gereja, rencana kegiatan atau pembangunan bisa dibuat namun dananya belum ada dan membutuhkan kerja keras agar rencana program bisa terlaksana,” ungkap Ndawang.
Karenanya menurut Ndawang menjadi pemimpin di dalam Gereja Katolik mesti menyadari bahwa ini merupakan suatu pengabdian.
Ndawang menambahkan bahwa ada tiga keutamaan yang mesti dimiliki oleh seorang pemimpin dalam Gereja Katolik.
“Seorang pemimpin dalam gereja Katolik harus memiliki tiga keutamaan yaitu hati untuk mengabdi dan melayani, waktu yang banyak untuk melayani dan mengabdi serta kemampuan untuk memimpin dan melayani,” jelas Ndawang.
Menurut Ndawang, saat ini adalah suksesi kepemimpinan yang keenam dalam Gereja Katolik Santo Yosef Dekai. Baginya kepemimpinan setiap orang dalam Gereja Katolik Wilayah Santo Yosef Dekai ini memiliki keunikan masing-masing.
Dalam kesempatan yang sama, Ndawang menyampaikan pertanggungjawaban umum atas masa kepemimpinannya. Ndawang menjelaskan bahwa dalam dua periode kepemimpinannya, dirinya berpatokan pada dua hal.
“Patokannya adalah untuk menjadi Gereja Katolik yang mandiri dan misioner. Dan terkait dengan itu, dalam konteks Gereja Katolik Dekai ada grand design,” jelas Ndawang.
Grand design Gereja Katolik Dekai, ungkap Ndawang, menjadi pijakannya dalam merencanakan program dan pembangunan di Gereja Katolik Dekai.
“Grand design kita adalah pengembangan iman umat dan pembangunan sumber daya manusia yang terfokus pada dua bidang yaitu kesehatan dan pendidikan,” ungkap Ndawang.
Pengembangan iman umat selama ini, tambah Ndawang, dilaksanakan dengan berbagai program bersama dalam Gereja seperti rekoleksi dan juga program dalam kelompok kategorial. Sementara itu, untuk pembangunan SDM sudah dimulai dengan pendidikan tingkat PAUD dan SD.
“Gedung yang dibangun di sini bertujuan untuk melaksanakan tujuan itu. Susteran misalnya dibangun untuk menyiapkan tempat bagi para suster untuk menangani bidang pendidikan atau kesehatan. Demikian pun gedung soska dan lapangan futsal bertujuan sebagai ruang publik untuk pengembangan bakat dan juga sarana belajar bersama,” jelas pegawai negeri di Departemen Agama Yahukimo ini.
RD Karolus Kune Boruk, pastor Paroki Kristus Penebus Hepuba menjelaskan bahwa pemimpin tidak bisa bekerja sendirian.
Dirinya berharap agar pemimpin di Gereja Katolik Dekai ini bisa bekerja sama dengan sesama pengurus dan semua umat. Selain itu, Boruk berharap agar tidak ada pengkotak-kotakan dalam Gereja.
“Kita semua bersaudara dalam iman, jadi jangan ada pengkotak-kotakan,” harap Boruk.
Selain itu, ia meminta agar baik pemimpin maupun umat menyadari bahwa salah satu tugas Gereja adalah menyampaikan dan memperjuangkan kebenaran.
“Salah satu tugas Gereja adalah memperjuangkan dan menyampaikan kebenaran. Jadi apa yang salah tidak boleh dibiarkan tetapi harus diperbaiki,” tambah Pastor Paroki Hepuba yang membawahi wilayah Hepuba, Kurima, Samenage hingga Dekai ini.(EG)
Discussion about this post