Oleh: Ustadz Ismail Asso
Kami orang asli Papua tidak menganggap orang non Papua sebagai penjajah dan juga bukan pahlawan apapun profesinya, entah dia guru, pendeta atau pastor petugas TNI/POLRI atau pedagang dan profesi lainnya.
Tidak ada yang istimewa dimata kami Orang Asli Papua, semua sama, siapa yang duluan datang dan belakangan, entah penjajah atau petugas apapun semua datang membangun dirinya atau hanya merusak tatanan adat budaya Papua yang damai dan tentram.
Kemajuan dan modernisme bukanlah ukuran kebahagian tertinggi bagi hidup manusia sesungguhnya.
Jika memang kebahagian ukuran tertinggi dan tujuan hidup manusia, maka tanpa orang non Papua, orang asli Papua (OAP) sebelum orang luar membawa apapun ke tanah Papua hidup manusia Papua sebenarnya sudah bahagia.
Kami orang asli Papua tidak menyesal, non OAP mau datang bawa apapun terserah, bukan berarti kami bahagia dengan apa yang orang luar bawa, sebagai guru atau petugas agama atau cari hidup sebagai penjajah dan tidak, bukan menganggap pendatang sebagai penjajah dan sebaliknya tidak menganggap semua pendatang lama dan baru sebagai pahlawan.
Kami menganggap orang luar sama, mereka hadir tanpa kami minta karena butuh, kecuali mau siapapun pendatang mereka butuh untuk beraktualisasi diri merupakan suatu hal yang natur (alamiah).
Kami orang Papua tidak minta orang luar Papua hadir di halaman tanah kami. Mereka dari manapun hadir sebagai orang luar datang tapi kalau sudah terlanjur datang secara alamiah siapa saja bisa ada di sini dan perlu penyesuaian diri.
Kami orang Papua netral, siapapun mau datang atau tidak datang kami hidup dalam kedirian kami sebagai orang Papua sejati, tetap bahagia aman damai, atau gara-gara orang luar yang datang semua apapun bisa terjadi.
Mungkin bagi orang luar yang datang ingin dianggap pahlawan tapi bagi kami orang Papua tidak lebih, mereka cari hidup, siapapun orang luar yang datang tetaplah pendatang dengan segala jasa baik buruk pendatang, siapapun pendatang baru atau pendatang lama sama tidak istimewa semua sama mencari hidup apapun profesi hidupnya.
Sikap kami orang asli Papua sama: mereka diterima sebagai sahabat kalau dia orang baik dan orang jahat atau penjajah kalau bersikap buruk bagi orang asli Papua.
Orang Papua bisa saja jadi orang inggris dan berbahasa inggris, jika yang duluan datang ke Papua itu mereka, bisa saja berbahasa prancis jika yang duluan datang adalah orang Prancis seperti di Kepulauan Pasifik, dan jika pendatang yang duluan datang dari Belanda, demikian dan seterusnya dari Asia misalnya Indonesia, dewasa ini dengan segala macam dampak baik buruk kini kami orang Papua mengalami hal sama seperti itu.
Di sini posisi pendatang siapapun dan apapun profesi /pekerjaannya semata-mata hanya faktor kebetulan bukan karena kebutuhan diminta orang Papua karena kebutuhan itu sesungguhnya tidak ada kecuali saling membutuhkan yang sifatnya hanya kebetulan atau natural.
*Ustadz Ismail Asso adalah putra Papua, kelahiran Walesi Kampung Assolipele Kabupaten Jayawijayaadalah juga anggota Forum Seniorbdan Millenial Papua di Jakarta.
Discussion about this post