Dekai,nokenwene.com—Emius Baminggen tersenyum lebar ketika membuka pintu kamarnya di lantai Lima Hotel Mettastar Jayapura, Papua. Celana merah dan baju kuning cerah membuatnya semakin kelihatan ceria menyambut tamu yang datang.
Meski baru saja selesai sesi latihan pagi, Emius Baminggen tetap bersemangat. Tak ada tanda-tanda keletihan pada wajahnya. Padahal ia telah mengikuti latihan sejak Maret lalu.
Walaupun sudah tersiar desas desus di antara para atlet tentang perbedaan bonus dari Pemerintah Provinsi Papua untuk peraih medali PON dan Peparnas, Emius Baminggen tetap bersemangat.
Sebagai Atlit National Paralympic Committee (NPC) Papua, Baminggen tetap bertekad menyumbang medali dalam Peparnas XVI Papua Tahun 2021.
Ketika Gubernur Papua, Lukas Enembe menjanjikan bonus Rp 1 Miliar untuk peraih emas pada PON mendatang, desas-desus pun mencuat. Para atlet NPC Papua kembali mengenang kejadian tahun 2016 lalu saat PON dan Peparnas dilaksanakan di Jawa Barat. Peparnas memang sering kurang mendapatkan perhatian.
Saat itu, pemerintah provinsi Papua memberikan bonus bagi peraih medali PON dan Peparnas. Namun nilainya berbeda. Atlet peraih medali PON mendapatkan bonus lebih besar dibandingkan atlet Peparnas untuk medali yang sama.
Meski soal bonus tersebut ikut menggangunya, Baminggen tetap berpikiran positif. Apalagi Peparnas bulan November nanti menjadi yang pertama kali ia ikuti. Ia tetap ingin mempersiapkan diri semaksimal mungkin menyambut event empat tahunan itu.
Sebagai kontingen tuan rumah, Baminggen percaya bahwa persiapannya menyongsong Peparnas tidak akan sia-sia. Ia menetapkan target untuk dirinya sendiri agar menyumbang emas bagi kontingen Papua.
“Saya percaya kalau Tuhan kehendaki saya akan dapat emas”, ungkap Baminggen percaya diri.
Target meraih emas itu diwujudkan Baminggen dengan serius berlatih mengikuti arahan pelatih. Anak kedua dari lima bersaudara ini berjuang keras agar bisa meraih emas.
Namun perjuangannya untuk bisa mengikuti event ini tidaklah mudah. Mimpinya sudah tertanam lama agar bisa tampil dalam event nasional tersebut.
Perjalanan untuk meraih mimpinya dimulai ketika seorang sahabatnya dari Mamberamo Tengah memperkenalkan tentang NPC. Baminggen pun bersemangat dan hendak bergabung dengan NPC Wamena untuk persiapan Peparnas di Jawa Barat tahun 2016 lalu.
Namun kakaknya enggan memberi restu karena tidak rela Baminggen pergi jauh dari keluarga apalagi sampai keluar dari tanah Papua.
“Tahun 2016 itu saya mau ikut latihan karena Norim bilang saya bergabung latihan supaya berangkat sama-sama ke bandung Jawa Barat. Tetapi kaka laki-laki tidak mau saya jauh dari keluarga, apa lagi di luar Papua jadi kaka tidak izinkan saya”, kenang Baminggen.
Lelaki berusia 30 tahun asal Mamberamo Tengah ini tidak hilang harapan. Ia tetap menggantungkan mimpinya sebagai target yang harus digapai. Ia sangat yakin mimpinya untuk ikut dalam event olahraga untuk orang dengan disabilitas akan datang pada waktunya.
Maka ketika Papua ditetapkan sebagai tuan rumah Peparnas XVI, ia pun bersemangat. Baminggen segera memohon restu keluarganya untuk mewujudkan mimpinya.
Kakaknya pun menyambut baik niat Baminggen. Ia mendukung penuh rencana Baminggen untuk terlibat dalam Peparnas XVI.
“Kalau tahun ini kaka bilang ikut saja karena perlombaan juga di Jayapura sehingga boleh ikut. Jadi saya bersama Norim datang bergabung”, cerita Baminggen saat ditemui di hotel Mettastar Jayapura, Jumat (10/09/2021).
Baminggen akan mengikuti Peparnas XVI dari nomor Tolak Lempar Kursi Duduk yaitu Lempar Lembing, Lempar Cakram dan Tolak Peluru.
“Saya akan turun di nomor tolak dan lempar kursi duduk”, jelas Baminggen sumringah.
Kini setelah targetnya untuk mengikuti Peparnas bisa terwujud, Baminggen menetapkan target baru. Ia ingin mempersembahkan medali emas untuk Papua.
“Mudah-mudahan saya bisa menyumbangkan satu medali emas”, harap Baminggen.
Target mendapatkan medali emas bukan tanpa alasan. Baminggen sudah lama berjuang mengumpulkan bahan bangunan untuk membangun rumah. Namun perjuangannya belum membuahkan hasil.
“Saya sudah lama belah kayu bikin papan tetap saya tidak ada seng dan bahan lain, jadi saya ada simpan papan di samping honai ada tutup dengan terpal”, ucap Baminggen.
Medali emas dalam Peparnas menjadi jalan keluarnya. Ia berharap akan mendapat bonus jika mampu meraih medali emas.
“Saya selalu mengikuti arahan pelatih dalam setiap latihan karena saya ingin dapat medali emas, biar kalau ada bonus berarti saya beli motor dan bikin rumah di kampung supaya saya tinggal aman begitu”, harap Baminggen.
Pemuda asal distrik Pewani di Mamberamo Tengah ini menanamkan tekad yang kuat dalam dirinya. Ia tidak ingin dirinya dikasihani orang lain. Ia berpegang pada prinsip bahwa menjadi disabilitas dan hidup sebagai disabilitas bukan berarti menjadi orang yang selalu butuh belas kasihan dan bantuan orang lain.
Prinsip itulah yang selalu membuatnya tak pernah putus asa dalam berjuang. Sebelum menjadi atlet NPC untuk Peparnas XVI Papua, Baminggen adalah seorang petani kopi dan berkebun seperti masyarakat lain pada umumnya.
“Sebelum ke sini saya di kampung biasa kerja kebun dan belah kayu. Karena saya tidak mau orang lain lihat saya dari kekurangan fisik saya, kaki saya lumpuh sejak usia saya 5 tahun jadi saya menjalani hidup dan aktivitas apa saja menggunakan tangan. Saya jadikan tangan saya ini serba fungsi, jadi saya bisa gunakan untuk tangan tetapi juga kaki” Cerita Baminggen bersemangat.
Bagi Baminggen, menjadi disabilitas itu bukan sakit, bukan juga sesuatu yang rendah supaya mendapatkan belas kasihan orang lain. Ia menjalaninya dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan dengan memanfaatkan kemampuan dan kelebihan yang Tuhan berikan.
“Saya hidup menjadi disabilitas itu bukan sakit. Saya bahkan tidak pernah mau hidup saya seperti ini tetapi mau bagaimana lagi nasib saya sudah begini adanya, ya saya harus jalaninya dengan percaya pada kemampuan dan kelebihan yang Tuhan berikan pada saya”, tutup Baminggen.
Pewarta: Gerson Miram (JW Sagu Yahukimo)
Discussion about this post