Wamena, nokenwene.com – Sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Wilayah adat Lapago , akses yang menghubungkan Wamena Ibukota Kabupaten Jayawijaya dan sejumlah Kabupaten pemekaran di Pegunungan Tengah Papua yang termasuk dalam wilayah adat Lapago dibuka dua kali seminggu.
Hal tersebut disampaikan Marthen Yogobi, Usai melakukan kunjungan ke lokasi pemalangan Jalan Wamena – Elelim, Kabupaten Yalimo di Distrik Wadangku, senin, 20/04/2020.
Sebelumnya pemerintah di masing-masing Kabupaten Wilayah adat Lapago menyatakan menutup akses keluar masuk dari dan ke kabupaten masing-masing.
“kami akan buka pada hari senin dan kamis (setiap minggu), jam enam nol-nol sampai jam dua belas nol-nol WIT, mobil yang lewat beserta plat nomornya dan sopir akan dicatat. Tujuannya kedatangan dan keberangkatan hanya diijinkan beraktifitas satu hari itu saja” Ujar Marthen Yogobi.
Dikatakan, aturan tersebut berlaku untuk semua Kabupaten di Pegunungan Tengah yang aksesnya melalui jalan darat dari Wamena. Dua hari pengecualian dalam seminggu itu untuk mengangkut kebutuhan sembako dan peralatan medis. Penumpang tetap tidak diizinkan.
“Yang bisa melewati tempat pemalangan ini adalah yang mengangkut bama, tidak untuk penumpang kecuali tim kesehatan atau ambulance yang mengantar pasien dan aparat keamanan” Ujar Marthen Yogobi, yang juga ketua tim gugus tugas Covid-19 Wilayah Lapago.
Penutupan Akses Jayapura-Yalimo
Sementara itu, jalan darat yang menghubungkan Jayapura, Kerom dan Kabupaten Yalimo hingga Wamena juga dinyatakan ditutup. Tim penanggulangan Covid-19 Wilayah Lapago bersama Wakil Bupati Yalimo, Erdi Daby setelah melakukan peninjauan langsung ke perbatasan Kabupaten Kerom dan Yalimo memastikan akses telah ditutup.
“hari ini kami lihat situasi kondisi dan jalur darat suda ditutup oleh pemda Yalimo dan tim relaawan wilayah lapago. Kami sampaikan untuk diketahui oleh kita semua” Kata Erdi Daby, pekan kemarin.
Dikatakan, penutupan dilakukan di daerah kali kill, kilo meter 393 yang berbatasan langsung antara Kabupaten Yalimo dan Kerom, oleh masyarakat setempat.
Pewarta: Jurnalis Warga Noken Wamena /Roni dan Onoy
Discussion about this post