Wamena, nokenwene.com-Komunitas Labewa, sebuah akronim Lahir Besar Wamena, menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Nduga. Bantuan tersebut diterima oleh Tim Relawan Kemanusiaan untuk Pengungsi Nduga di posko Tim Relawan dan Sekolah Darurat untuk Pengungsi Nduga di Weneroma Wamena, Kamis (24/10/2019)
Labewa merupakan akronim yang merujuk pada warga Wamena yang bukan berasal dari Orang Asli Papua di Wamena, namun dilahirkan dan tumbuh besar di Wamena. Akronim ini tidak hanya merujuk pada keturunan Non-OAP di Wamena tetapi OAP yang berasal dari daerah lain di Papua khususnya dari daerah pesisir.
Pada kesempatan ini, Komunitas Labewa menyerahkan bantuan berupa 12 karung berar 25Kg, 5 karton Mie, 1 karung Pakaian layak Pakai dan 1 Karton Selimut.
Dolia Ubruangge, Tim Relawan Kemanusiaan untuk Pengungsi Nduga yang menerima Komunitas Labewa mengungkapkan bahwa bantuan ini merupakan bantuan yang kesekeian kalinya dilakukan oleh Komunitas Labewa.
“Ini untuk kesekian kalinya Labewa datang membantu. Kami sangat berterima kasih atas solidaritas kawan-kawan Labewa”, terang Ubruangge.
Ubruangge menjelaskan bahwa sudah cukup lama tak ada bantuan yang masuk. Apalagi pasca kejadian 23 September lalu di Wamena, perhatian semuanya tertuju pada masyarakat Wamena dan hampir melupakan pengungsi Nduga.
Sementara itu, Ence Geong, Koordinator Tim Relawan Kemanusiaan untuk Pengungsi Nduga melalui telepon menjelaskan bahwa kondisi pengungsi Nduga mesti menjadi perhatian bersama seluruh komponen di Papua.
“Kami berterima kasih kepada Labewa yang membuka kesadaran kita bersama bahwa pengungsi Nduga masih ada dan semakin menderita. Saya berterima kasih karena Labewa yang bisa jadi juga adalah korban kerusuhan Wamena, mereka tetap membuka mata untuk memperhatikan saudara-saudara kita dari Nduga”, jelas Ence
Pada tanggal 4 November nanti, genap 11 bulan masyarakat dari belasan distrik di kabupaten Nduga mengungsi. Hingga saat ini, telah banyak pengungsi yang meninggal dunia.
Pengungsian ini terjadi sejak pasukan gabungan tiba di Mbua untuk melakukan pengejaran terhadap kelompok TPNPB Kodap III pimpinan Egianus Kogeya.
Sejauh ini, penanganan pengungsi Nduga masih tak jelas. Kerja-kerja membantu pengungsi baru dilakukan pada pertengahan Januari setelah Yayasan Teratai Hati Papua (YTHP) menginisiasi pembentukan Tim Relawan Kemanusiaan untuk Pengungsi Nduga.
“Saya berharap setelah pelantikan presiden dan pergantian menteri, pemerintah pusat mulai membuka mata terhadap kondisi para pengungsi Nduga. Penanganan pengungsi Nduga ini harus segera dimulai oleh negara ini sebab para pengungsi sendiri menyaksikan bagaimana negara sangat peduli terhadap korban kerusuhan Wamena namun abai terhadap kondisi Pengungsi Nduga”, tambah Ence.
Pewarta: Wene Tabuni (JW Ninmin Nduga)
Discussion about this post