Wamena, nokenwene.com – Ratusan pelajar yang mengungsi di Wamena akan mengikuti kegiatan belajar mengajar di Wamena. Hal ini dilakukan menyusul belum kondusifnya kondisi beberapa distrik di wilayah kabupaten Nduga.
Sejak insiden awal Desember 2018 lalu diikuti dengan operasi pengejaran TPNPB, masyarakat di dua belas (12) distrik di kabupaten Nduga mengungsi ke beberapa tempat seperti Wamena, Lani Jaya hingga Asmat. Terhadap kondisi ini, Yayasan Teratai Hati Papua (YTHP) berinisiatif untuk mendorong perhatian serius pemerintah dalam pendidikan anak-anak pengungsi. Bersama para pemuda asal Nduga, YTHP telah melakukan pendataan pelajar yang mengungsi di Wamena. Langkah YTHP ini ditanggapi dengan baik oleh dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Nduga.
“Langkah yang kita ambil dari dinas pendidikan, kita sudah berupaya koordinasi dengan bupati, sekda dan wakil bupati. Kami mengambil langkah untuk mengadakan pendidikan sementara untuk menyelamatkan generasi emas Nduga. Pendidikan sementara itu untuk wilayah Wamena akan diadakan di gereja Weneroma” kata Janes Sampouw di Wamena, kamis, (31/01/19).
Video pernyataan Kepala Dinas Pendidikan Nduga

Terkait jumlah anak-anak sekolah yang mengungsi kepala Dinas mengatakan pihaknya belum bisa pastikan sehingga hendak memerintahkan para kepala sekolah untuk terlibat dalam tim relawan pengungsi (Red: yang dikoordinasi oleh YTHP) yang punya data tersebut.
“Anak-anak itu kita belum bisa pastikan karena ada yang lari di hutan ada yang lari ke tempat lain, yang sudah didata di sini (oleh YTHP dan relawan) itulah yang kita data kembali. Makanya kami adakan rapat kemarin kepala sekolah harus terlibat untuk mendata kembali dan menyesuaikan data dari teman-teman relawan,” ujar Kepala Dinas.
Berdasarkan tempat penyebaran pengungsi maka pendidikan sementara dimaksud akan dilakukan di Wamena Kabupaten Jayawijaya, Lanny Jaya dan dan Timika. Sekolah sementara ini tidak ditentukan sampai kapan akan digelar karena situasi di Nduga belum pasti kapan kondusif.
“Menyangkut waktu dan lamanya kita tidak bisa tentukan, kita sesuaikan dengan kondisi keamanan di Nduga. Ujiaan nasional juga kalau daerah belum nyaman, kita dari dinas ambil inisiatif ujian di Wamena dan kemungkinan ada di Lanny Jaya dan Timika” ujarnya.
Yayasan Teratai Hati Papua (YTHP) menyebutkan bahwa ada 273 pelajar, SD, SMP dan SMA yang mengungsi di Wamena. jumah tersebut sebagaian besar adalah siswa SD kelas 6 dan kelas 3 SMP dan SMA yang harus mempersiapakan diri untuk Ujian nasional. Data ini tidak termasuk yang mengungsi di Timika dan Lanny Jaya.
“Tapi ini sebenarnya belum terdata semua, masih banyak yang belum kami data karena keterbatasan kami untuk jalan dari rumah ke rumah tempat tinggal pengungsi di seluruh Wamena. Tetapi ada paling kurang 273 siswa yang sudah kami data. Dugaan kami ada lebih dari 3 ratus siswa yang ada di Wamena” Ungkap Ence Geong, dari YTHP sekaligus sebagai koordinator relawan untuk pendataan para pelajar.
Dikatakan, jumlah tersebut masing-masing dari 2 SMA, 5 SMP dan 10 SD yang ada di distrik Yigi, Mbua, Mugi, Yal, Ndal distrk mapenduma, Bulmuyalma, distrik iniye serta beberapa distrik lainnya yang terkena dampak insiden Nduga.
“Dari 273 siswa ini, 45% adalah siswa perempuan dan 55% siswa laki-laki dari total 273. Kalau kita petakan perkelas, kelas 6 SD ada 43 orang, kelas 3 SMP ada 33 orang dan Kelas 3 SMA ada 27 orang,” ujar Ence
Ence menjelaskan bahwa pendidikan sementara yang bakal dilaksanakan di Wamena itu lebih memprioritaskan kepada para siswa yang akan ujian Nasional Tahun ini tanpa mengabaikan siswa lainnya. Bersyukur dinas pendidikan respon baik sehigga dalam minggu ini akan dimulai pendidikan darurat di Wamena
“Jadi akan memusatkan semua anak sekolah di Gereja Weneroma Wamena, dinas berjanji untuk bangun tenda, dan sebenarnya ini tidak bisa hanya pemda saja dan dinas pendidikan tapi perlu ada pihak-pihak lain” ujarnya.
Dirinya menambahkan bahwa mesti ada Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Dinas Kesehatan karena ada banyak pengungsi yang perlu ditangani dari dinas-dinas tersebut, bahkan pemerinntah Provinsi dan Pusat juga harus proaktif.
“Karena operasi yang terjadi di Nduga ini perintah presiden jadi jangan sampai setelah perintah presiden ada operasi lalu tidak memikirkan dampaknya kepada masyarakat sipil, ini yang kita dorong supaya masyarakat sipil jangan jadi korban lagi karena sudah banyak yang meninggal,” lanjut Ence Geong yang juga memediasi aksi sumbangan untuk pengungsi ini.
Raga Kogeya, perwakilan orang tua dan pengungsi mengatakan saat insiden itu terjadi dan ketegangan meningkat, para orang tua hanya berpesan kepada anaknya untuk pergi dan mencari pendidikan tapi entah ke mana tidak ditunjuk karena situasi saat itu tidak bisa dikendalikan untuk bicara baik-baik bersama anak-anak mereka.
“Orang tua harapkan ini anak-anak sekolah ke tempat aman begitu, jadi orang tua pesan anak-anak kamu pergi sekolah, orang tua bertahan di hutan. Mereka suruh (anak-anak) pergi saja sekolah tapi tidak tunjuk ke mana tetapi yang penting bisa sekolah,” ungkapnya.
Menurutnya anak-anak tersebut ada yang ke Wamena, Timika dan Lannya Jaya dan ada pula yang masih di hutan. Yang di Wamena sedang ditampung di perumahan masyarakat asal Nduga seperti di Elekma Distrik Napua, Kabupaten Jayawijaya dan sampai saat ini belum bisa bersekolah.
“Jadi saya sangat harap sekali mereka ini harus sekolah karena banyak generasi yang putus di Nduga akibat konflik seperti ini, karena orang Nduga ini pernah putus sekolah itu dari konflik senjata tahun 1969 kemudian tahun 1977 terus 1996 lalu tahun 2000 itu sampai dengan 2017 kemarin dan terahir 2018” bebernya.
Pewarta: Jurnalis Warga Noken Wamena