
Dekai, nokenwene.com – Dua suku yang berkonflik pada awal Oktober lalu di Yahukimo sepakat berdamai. Perdamaian ini difasilitasi Pemda Yahukimo dan Persekutuan Gereja-Gereja Yahukimo (PGGY) di Dekai dengan melakukan ibadah bersama di halaman Kantor Bupati Yahukimo, Selasa (30/10/2018).
Sebelumnya pada awal Oktober lalu, suku Kimyal dan Ngalik di Yahukimo berkonflik. Berawal dari kecelakaan dua motor di Dekai konflik horizontal antara masyarakat dua suku tersebut pun terjadi. Konflik ini menyebabkan jatuhnya beberapa korban jiwa dan korban harta dimana rumah- rumah dan kendaraan dibakar.
Akibatnya aktivitas di kota Dekai sempat lumpuh. Sekolah-sekolah di Dekai pun diliburkan sementara waktu hingga keadaan kembali kondusif. Selain itu, pelayanan publik pun terganggu termasuk kantor-kantor pemerintah tidak bisa berjalan dengan baik.
Sejak pecahnya konflik tersebut, Pemda Yahukimo bersama aparat keamanan melakukan berbagai upaya memediasi masyarakat yang berkonflik untuk melakukan perdamaian. Akhirnya, kedua suku bersepakat untuk berdamai dan ditandai dengan ibadah bersama pada Selasa (30/10/2018).
Masyarakat dari kedua suku yang berkonflik beserta masyarakat lainnya dan ASN di lingkup Pemda Yahukimo memenuhi halaman kantor Bupati Yahukimo untuk mengikuti ibadah dan acara perdamaian tersebut.
Dalam ibadah perdamaian tersebut, Wakil Presiden GIDI, Pdt. Usman Kobak mengungkapkan bahwa konflik yang telah berlalu adalah akibat ulah iblis dan gereja saat ini sedang mengalami ujian.
“Konflik yang ada merupakan pekerjaan iblis. Namun kita jangan berlarut dalam skenario iblis. Mari cepat kita berdamai, jangan biarkan iblis berlarut-larut menguasai kita. Kita harus segera padamkan pekerjaan iblis dan jangan beri kesempatan kepada iblis agar Yahukimo penuh dengan kedamaian”, ungkap Usman.
Sementara itu, kedua suku yang diwakili kepala sukunya sepakat bahwa perang yang terjadi bukanlah perang suku tetapi sesuatu yang terjadi tiba-tiba tanpa rencana.
“Perang yang telah terjadi itu bukanlah sesuatu yang direncanakan tetapi hanya karena lakalantas sehingga di luar dari rencana kami. Tetapi setelah jam dua belas kami kedua belah pihak berhenti berperang dan tidak ingin berperang lagi. Karena itu, hari ini kami sepakat berdamai. Kami dari masyarakat suku Kimyal sudah sepakat untuk tidak mau berperang dengan suku Ngalik maupun dengan suku-suku yanglain yang ada di Yahukimo”, ungkap Nopius Yalak, Kepala Suku Kimyal.
Hal senada disampaikan oleh Leo Giban, Kepala suku Ngalik. Dirinya mengungkapkan bahwa dalam sejarahnya tidak pernah ada perang antara suku Kimyal dan Mek melawan Ngalik dan Hubla. Namun beberapa persoalan akhir-akhir ini menyebabkan perang terjadi.
“Kita perang beberapa kali, ini bukan perang tetapi tiba-tiba terjadi pembunuhan. Jika dihitung-hitung, sudah terjadi lima kali. Sebenarnya pihak ketiga ditangkap lalu masuk dihukum boleh. Ini langsung dibunuh. Jadi tiba-tiba dari sebelah serang, dari sebelah juga serang”, jelas Leo Giban sebelum membacakan kesepakatan perdamaian.
Namun Leo Giban menanyakan keseriusan semua pihak terkait penandatanganan kesepakatan damai ini. Dirinya meminta semua pihak untuk serius dan tidak melanggar kesepakatan damai ini sebab sebelumnya dalam masa kepemimpinan Bupati Ones Pahabol pun telah dibuat kesepakatan serupa.
“Hari ini saya mau tanya, keputusan untuk kita tandatangani ini tidak akan terjadi pembunuhan lagi atau akan terjadi lagi? Kepada semua pihak saya ingin tanyakan karena keputusan sudah ditandatangani pada saat bupati mantan tapi kita sudah langgar lagi. Kalau masih pertanyaan itu tidak bisa, karena jangan main-main”, tegas Leo Giban.
Bupati Yahukimo, Abock Busup dalam kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa pihaknya sudah berupaya dengan berbagai cara agar tidak ada konflik di Yahukimo. Namun cara-cara yang ditempu seperti tidak membuahkan hasilnya. Karena itu, Pemerintah Daerah Yahukimo menegaskan bahwa ke depannya tidak boleh ada lagi perang di Yahukimo. Yahukimo harus menjadi daerah yang damai.
“Mulai hari ini, tidak boleh ada perang lagi. Semua masalah baik itu tabrakan, pencurian, perselingkuhan atau masalah apa saja harus diselesaikan secara hukum. Tidak boleh lagi ada bayar denda dan bawa-bawa nama suku”, tegas Abock Busub dalam sambutannya.
Acara perdamaian yang difasilitasi Pemda dan PGGY tersebut ditandai dengan pembakaran busur dan panah sebagai symbol penghentian perang. Di hadapan seluruh pejabat pemerintahan dan tokoh gereja serta masyarakat yang hadir, kedua kepala suku bersalaman dan berpelukan sebagai bentuk perdamaian antara Kimyal dan Ngalik. Baik pemerintah dan PGGY maupun kedua suku berharap agar tema acara hari ini, Yahukimo Damai bisa terwujud dan diawali dengan perdamaian kedua suku tersebut.
Pewarta: Jurnalis Warga Sagu Yahukimo
Discussion about this post