Wamena, nokenwene.com – Jalan trans Papua yang menghubungkan Jayapura – Yalimo dan beberapa kaupaten di Pegunungan Tengah Papua baru saja tembus. Banyak pihak menyambut positif karena akan mempermudah akses masyarakat di wilayah Pegunungan Tengah Papua yang serba pesawat, menekan harga, hingga meningkatkan konektivitas antarkabupaten kota dan provinsi.
Tapi dibalik manfaat positif itu dampak negatifnya tak dapat dihindari. Belum sebulan pemda Kabupaten Yalimo launching perdana jalan trans Papua, sejumlah mobil strada ditemukan hendak menyelundupkan beberapa jenis minuman beralkohol bermerek dari Jayapura. Sedikitnya sebanyak 8 mobil strada diamankan Polisi di Kabupaten Yalimo kerja sama masyarakat setempat karena diduga menyelundupkan minuman beralkohol.
Informasi lain yang dihimpun nokenwene.com menyebutkan harga minuman beralkohol bermerek di Wamena mulai menurun dari harga sebelumnya “minuman sekarang sudah turun e, ada temanku sopir truk biasa angkut dari Jayapura, vodka yang biasa lima ratus ribu sekarang sudah tiga ratus, wiro (wiski robinson) tidak satu juta lagi , empat ratus lima ratus bisa dapat” ungkap warga yang tak mau menyebutkan nama itu di Wamena, kamis, (02/08/18).
“Io saya juga ada pesan tapi mungkin yang ditahan di Yalimo itu ka” jawab yang lain
Masyarakat Wamena pun segera merespon dan Mengutuk keras oknum sopir pengangkut minuman keras melalui jalan trans Papua (Jayapura – Yalimo) yang ditemukan warga Yalimo pada 1 Agustus 2018 lalu. Hal ini dinilai sebagai ancaman serius dan bersifat mendesak untuk segera disikapi oleh pemerintah sebelum berlanjut dan semakin meluas.
“Tentang penangkapan mobil yang bawa minuman keras oleh masyarakat di Yalimo itu saya dengar dan kami harap ini bisa ditindaklanjuti oleh semua pihak terutama pemerintah dan polisi”, kata Alius Asso seorang Pemuda Jayawijaya di Wamena, kamis, 02/08/18 menanggapi 8 mobil strada yang diduga mengangkut minuman keras bermerek di Yalimo.
Dikatakan, oknum sopir nakal tersebut segera ditangkap dan diproses hukum karena akan membawa ancaman besar bagi masyarakat pegunungan tengah Papua.
“Oknum sopir nakal yang memasok miras (minuman keras) ke kabupaten pegunungan tengah saya harap ditangkap dan diproses atau kalo tidak pemerintah siapkan tiket dan dipulangkan langsung karena mereka ini adalah actor dari semua masalah” ujar Alius
Kepada pemerintah Kabupaten di Wilayah Pegunungan Tengah Papua diharapkan untuk segerah mengambil sikap tegas atas temuan tersebut sebelum terlanjur dan makin meluas di wamena dan kabupaten lainnya di pegunungan Papua ini.
“Kami harap pemerintah cepat tanggap untuk hal ini. Ini sebenarnya atas kelemahan orang-orang yang punya kapasitas, sehingga setiap bupati yang ada (di Pegunungan Tengah Papua) mereka harus punya sikap yang tegas”, katanya.
“Karena jika tidak, jalan trans Papua ini tidak ada gunanya untuk masyarakat khususnya orang asli Papua dan justru menjadi ancaman atas segala ketidaksiapan SDM manusia Papua dalam menerima trans Papua itu”, Tegas Alius.
Kepada Polisi selaku penegak hukum pihaknya atas nama masyarakat meminta untuk menegakkan aturan yang sesungguhnya tanpa tebang pilih dan tidak terlibat dalam permainan jual beli miras
“Polisi yang punya kapasitas kita sendiri (namun) yang punya kapasitas itu terjerumus dalam penjualan miras dan juga agen-agen tetap miras yang ada. Pihak yang punya kewenangan ini harusnya mengamankan tapi mereka juga terjerumus. Pa kapolres harus tegas” pintahnya.
Herli Mulait, Perempuan Wamena, pun ikut bersuara bahwa untuk temuan penyelundupan minuman keras tersebut, ia berharap semua pihak harus memerangi ancaman, jika tidak jalan trans yang dibangun itu tidak berdampak positif bagi masyarakat
“Kalau begini berarti jalan itu jadi ancaman untuk kita, orang minum balo (minuman lokal) saja banyak yang bikin kacao disini, apalagi kalo minuman yang botol-botol itu masuk”, ujarnya singkat.
Sebelumnya, Dominikus Surabut, Sekretaris Dewan Adat Papua (DAP) Wilayah Lapago mengatakan manfaat positif trans Papua ini memang baik karena akan menurunkan harga barang dan memudahkan akses antar kabupaten dan provinsi.
“Tapi juga bisa dibarengi munculnya minuman keras kemudian narkoba, seks bebas itu penyakit sosial, lalu ada hal-hal lain juga ketika membuka akses itu akan merusak ekologi fauna maupun flora dan seharusnya itu tidak boleh terjadi” katanya.
Karena paradigma pembangunan mesti berpih kepada masyarakat adat. Masyarakat adat maunya seperti apa harus dikomunikasikan tapi hal itu tidak pernah terjadi meski perencanaannya baik.
“Saya lihat perencanaan ini sudah bagus hanya pemerintah tidak pernah berkonsultasi dengan masyarakat kira-kira apa yang harus dibuat untuk konsep pembangunan di Papua” kada Domi dalam dialog interaktif RRI Wamena bertajuk “Bagaimana menyiapakan masyarakat Papua jelang dibukanya trans Papua” awal bulan juli lalu.
Di sisi lain kata Domi Surabut, pemerintah tidak menyiapkan SDM orang Papua untuk bagaimana menerima semua pembangunan yang dilakukan di Papua sehingga masyarakat Papua selalu dalam posisi korban dari semua pembangunan yang dilakukan.
“Secara fisik dan non fisik pasti akan korban, non fisiknya tempat sacral itu akan dihancurkan, oleh karena itu pemerintah mesti harus mengkomunikasikan kepada kurang lebih 315 suku yang ada diatas tanah ini” tambah Dommy.
Pewarta: Jurnalis Warga Noken Wamena
Discussion about this post